Rumah didepan Sarah sekarang ini sangat besar, sangat halal untuk disebut istana. Berdiri dilahan 11 hektar dengan ratusan kamar didalamnya. Namun hanya 1 yang dipakai. Semua pembantu tidak tinggal disini, mereka pulang pergi setiap hari. Pemiliknya memang sedikit gila. 3 lantai sudah termasuk basement yang menyimpan ratusan mobil mewah dan motor motor keren. Tamannya tentu sangat luas, ada kolam renang besar dengan perosotan juga, tidak hanya satu, melainkan ada 3 kolam renang yang tersebar di bangunan ini. Terdapat kandang kuda juga, Pemiliknya memiliki hoby yang sangat eksklusif.
Untuk dapat berdiri didepan pintu ini saja, Sarah harus mengendari mobil golf dari gerbang depan sendirian. Untung dia sudah terbiasa. Dan perjuangannya belum selesai. Sarah harus berjalan kaki kelantai teratas karena kamar temannya ada disana. Setiap Sarah kesini, berat badannya sedikit berkurang. Itu sangat baik untuknya.
"Ya Allah gelap."
Pertama yang menyambutnya di kamar ini adalah suasana seram. Diluar sangat hangat karena para pembantu telah menyalakan lampu sebelum mereka pergi, tapi mereka tidak memiliki izin untuk masuk kesatu kamar yang berpenghuni. Ya, pemiliknya melarangnya.
Sarah menepuk tangannya untuk mengaktifkan sensor lampu. Setelah itu, kamar ini memperlihatkan kemegahannya. Namun satu yang merusak pemandangan disana, diatas kasur besar itu, seseorang tengah tertidur dikelilingi sampah makanan yang berserakan.
Sarah tersenyum kecut. "Gue adalah pembantu yang ga pernah terdaftar dirumah ini. Sebanyak apapun tugas gue." Sarah menatap miris kehidupannya. Tapi mau bagaimana lagi, dia hanya bisa memberesi itu semua. Jika bukan dia, maka kamar ini akan diisi lebih dari satu penghuni, seperti semut, kecoa, sampai tikus. Pembantu yang lain tidak boleh kesini, ingat itu.
Sarah mengambil beberapa bungkus makanan diatas kasur. Menyeliksik dengan teliti remah remah makanan yang ada disekitar manusia yang masih asik dengan dunia mimpinya.
Sarah hanya membereskan apa yang ada diatas kasur saja, tapi keringatnya sudah banyak bercucuran.
"Ayo Sar, lo bentar lagi langsing." Sarah yang sudah memiliki badan kecil itu menyemangati dirinya. Perempuan terkadang memang seperti dia.
"Oke. Saatnya perawatan!" Sarah membuka tasnya. Mengeluarkan seperangkat alat maskeran yang akan digunakannya kepada wajah temannya yang masih tertidur.
Percayalah dibalik wajah tampan temannya, ada Sarah yang sangat berjasa.
"Uw. Merah merah nih. Bakal jadi jerawat. Untung gue kesini tepat waktu." Sarah memang selalu gemas melihat kulit wajah seseorang. Dia selalu ingin merawatnya. Untung dia memiliki teman yang tidak protes saat wajahnya diapa apakan oleh Sarah.
"Anka... Lo harus hati hati sama minyak. Jangan banyak makan gorengan." Sarah memberi wejangan kepada temannya itu sambil mulai mengolesi wajah temannya dengan cairan kental berwarna hijau.
"Lo harus cepet cepet kenalin cewe lo ke gue. Supaya gue bisa rawat wajah dia juga sebelum kalian nikah. Gue pastiin lo sama pasangan lo bakal jadi pengantin paling glowing di muka bumi urutan kedua. Gue sama Kevan yang pertama." Sarah tertawa dengan ucapannya sendiri.
Saat setelah memberi masker, Sarah menempelkan sesuatu diatas kelopak mata dan bibir Anka. Itu juga bagian dari perawatan.
"Huh. Tuh anak udah prepare untuk kunindus belum ya?" Sarah menyebarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan. Dia mencari tas besar yang diisi pakaian milik Anka, namun matanya tidak melihat apapun.
"Erghhhh..."
Laki laki itu menggeliat tiba tiba. Dan Sarah dengan sigap memegang tangan Anka agar tidak merusak maser diwajahnya.
"Bentar." Sarah memberi perintah.
Anka yang sudah tahu suara siapa itu segera diam. Sarah mengambil benda benda yang tertempel di mata dan bibir Anka. Dia tersenyum saat lelaki itu telah membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Of Criminals
Ficção AdolescenteIni tentang Anka. Dia adalah penghukum yang paling setara atas segala kejahatan warga sekolah lain yang merugikannya. Istilah 'Mata diganti mata...', itu berlaku dihidupnya.