Kara kini bertugas menjadi asisten pustakawan bersama Reyhan. Dia dan teman temannya telah bersepakat untuk rolling tempat penugasan dalam 2 minggu sekali. Jadi saat ini, yang bertugas di kantor, berkutik dengan keungan yayasan sendirian adalah Ravi. Kara bisa bernafas lebih lega, karena setidaknya jika tugasnya berat, dia bisa berbagi dengan Reyhan.
Sekarang Kara dan Reyhan tengah sibuk memasukan data buku yang baru saja dipulangkan oleh beberapa sekolah menengah pertama di kota Delamar yang meminjam buku buku di perpustakaan ini. Data buku digunakan untuk mengetahui apakah ada buku yang hilang atau tidak. Sebelumnya perpustakaan sudah memiliki daftar buku buku yang dipinjamkannya, Kara dan Reyhan tinggal mengabsennya saja. Ada 10 box yang baru dipulangkan, dan Kara bersama Reyhan harus menyelesaikan pendataan semua buku didalamnya hanya dalam 2 hari. Itu waktu yang sempit, tapi tetap harus mereka selesaikan.
"Lo cepet banget kerjanya. Awas ada yang kelewat." Reyhan tidak tau apa yang salah dari cara kerjanya, tapi 1 Box yang kara kerjakan hampir semua buku didalamnya selesai didata. Sedangkan dirinya, setengah box saja masih belum sampai.
Kara mengambil alih keyboard di komputer yang Reyhan gunakan. Dia memunculkan sebuah program untuk bisa membatu temannya lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya.
"Lo tinggal ketik kata kunci dari judul bukunya. Ntar dia (komputer) nyari sendiri datanya. Kalo lo absen secara manual, kerjaan ini baru bisa beres minggu depan." Kara beralih kembali ke komputernya. Membiarkan Reyhan mencoba memakai program yang barusaja Kara berikan.
Reyhan tersenyum senang saat data buku yang dia cari kini mucul dilayar monitor. Seharusnya Kara memberitahunya lebih awal, bukan disaat kepala Reyhan sudah pusing karena terlalu lama memfokuskan matanya untuk mencari data secara manual.
"Rey, selama lo temenan sama Anka, gimana penilaian lo terhadap dia?" Kara mengajukan pertanyaan sambil terus fokus kelayar monitornya.
Reyhan sempat melirik Kara, tapi ketika melihat perempuan itu tetap bekerja ketika memiliki pertanyaan yang sangat ingin dia tau jawabannya, membuat Reyhan kembali fokus kelayar monitornya. Dia juga akan menjawab pertanyaan itu tanpa mempengaruhi kinerjanya.
Reyhan mengingat video yang viral kemarin, dia tidak pernah melihat Anka dalam keadaan seperti dalam video itu. Anka yang Reyhan tau, hanya sosok yang kuat dan menyeramkan.
"Meskipun gue lebih banyak waktu bareng bareng Anka. Gue rasa apa yang dia tunjukin ke lo lebih banyak daripada apa yang dia tunjukin ke gue dan anak anak."
Tapi apakah Kara benar benar ingin tahu tentang Anka? Atau hanya sekedar mengetes keprofesionalan bekerja yang Reyhan punya dengan mengajukan pertanyaan sebagai tantangannya? Jika benar hanya tes, kalau begitu Reyhan harus lulus!
"Dari apa yang lo liat, Anka gimana?"
Seperti benar benar ujian saja. Reyhan merasakan bahwa jawaban sebelumnya tidak dapat memuaskan Kara. Dia harus mencari jawaban yang lain.
"Dia abu abu." Dan hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya. Membuat Kara malah bingung dengan jawaban yang Reyhan berikan.
"Lo tau kalau putih lambang kebaikan dan hitam adalah kejahatan. Ya itu dia yang buat Anka jadi abu abu, karena dia jahat dan baik diwaktu yang bersamaan."
Reyhan tarik kembali ambisinya untuk lulus tes ini. Dia tidak bisa terus bekerja ketika apa yang akan ia ucapkan sangat penting menurutnya. Reyhan kini menggeser posisi duduk, menatap Kara yang ternyata juga sudah memfokuskan diri kepada Reyhan.
'Lo beneran tertarik sama Anka ternyata.' Ucap Reyhan dalam hati.
"Gue sama anak anak sering hampir mati ditangan Anka. Entah itu dihantam botol miras berulang kali, disengat listrik, dipukulin atau ditodong benda tajam. Kalau cuma sampai situ, Anka jahat. Tapi lo harus tau alesan dia lakuin semuanya. Saat lo tau, lo bakal bingung juga untuk ngasih penilaian. Anka pecahin botol miras dikepala kita karena kita ketauan mabok, itu kenapa kalo ada Anka, kita gaberani buat ngobat atau minum, karena dia gak suka liat temen temennya mengonsumsi itu semua. Anka juga pernah kurung kita bertiga disatu drum air yang kosong sampai kita sekarat hampir kehabisan nafas, itu karena Gue, Abdi, Fadli ngomongin fisik Nabila yang gendut kaya drum. Pokonya, Anka itu kaya polisi moral di kumpulan. Ada dia, semua orang gaberani ngelakuin apa apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Of Criminals
Teen FictionIni tentang Anka. Dia adalah penghukum yang paling setara atas segala kejahatan warga sekolah lain yang merugikannya. Istilah 'Mata diganti mata...', itu berlaku dihidupnya.