Niranesa
Sebuah warung dipinggir jalan yang sepi dalam keadaan sebaliknya sekarang. Entah karena pesugihan yang dilakukan pemilik warung, atau memang niat baik dari pada murid murid SMA sederajat sekitar sana yang berniat membantu perekonomian sipemilik warung dengan menjadikannya tempat berkumpul sepulang sekolah. Yang pasti keadaan ini terlihat tidak biasa. Itu bukan jalanan utama, hanya sebuah jalan alternatif yang lebarnya hanya bisa dilewati satu mobil. Jarang sekali ada yang melintas dijalanan ini, tapi sebuah warung terus beroprasi seperti yakin sekali akan ada pembeli setiap harinya. Saat ini, motor motor berjajar rapih disamping warung, kontras dengan keadaan sekitarnya yang hanya memperlihatkan hamparan kebun kelapa sawit yang sepi. Ada sekitar 10 motor, semuanya adalah jenis motor matic yang umum digunakan para pelajar seperti mereka. Tidak ada motor yang mencolok seperti motor yang dimiliki salah satu siswa di kota Delamar, dimana hanya dengan melihatnya saja, orang orang sudah tahu siapa yang ikut berkumpul disana. Disini semuanya berada pada kelas ekonomi yang sama.
"Jadi lo semua kembali sebelum ketemu Anka? Gede omong doang lo pada! Kemaren bilangnya gue yang cemen karna gabisa ngelawan dia. Taunya lo semua lebih payah." Satu orang mengungkapkan kekesalannya saat teman temannya yang barusaja kembali dari kota lain membawa berita tak mengenakan. Dia memalingkan wajahnya dari orang orang baru yang beberapa waktu lalu berhasil ia hasut untuk memprovokasi orang yang telah ia jadikan musuh dikota asalnya. Anak anak didaerah ini terlalu naif, baru disebut ada seseorang yang begitu kuat saja langsung penasaran, ingin menguji kemampuan bertarung mereka sampai jauh jauh mengunjungi Delamar hanya untuk bertemu sosok kuat itu. Namun rasa penasaran mereka belum terjawab, sudah ada lagi pertanyaan lain yang mendesak untuk segera dipecahkan.
"Lo gak bilang kalo mantan pentolan Spenda juga ada di Delamar!"
Lerbi yang tadi memalingkan wajahnya kembali keposisi awal. Dia kini menatap serius kepada teman teman barunya. Dia takut salah menangkap kata kata yang mereka ucapkan.
"Lo bilang apa? Pentelon spenda?" Dengan raut bingungnya, Lerbi kembali mengulang kata yang bisa membantu meluruskan kesalahpahamannya.
"Iya. PENTOLAN SPENDA! Lu mikir dong, spenda tuh bukan sekolah SMP yang muridnya cuma satu atau dua kelas. Isinya hampir sama kaya Smaklar, ada sekitar tiga ribu pelajar! Info sepenting itu kok gak lo kasih tau? Lu liat nih!" Laki laki itu menunjukan luka luka pada tubuhnya yang ia dapatkan sehabis mengusik lawan tak dikenalnya kepada Lerbi. Dia dalam keadaan marah sekarang. Jika dia tahu lebih awal tentang keberadaan Fahmi, dia akan membuat persiapan yang lebih matang. Menjadi penguasa ditengah ribuan orang seperti Fahmi pasti bukan hal mudah, tidak mungkin dari tiga ribu itu langsung tunduk semua kepadanya, dia diakui seperti sekarang pasti melalui berbagai masalah yang menyulitkan.
Lerbi tidak pernah mendengar kabar tentang adanya sosok kuat seperti yang diceritakan teman teman barunya disini. Yang dia tahu hanyalah Anka yang telah mengambil segala sesuatu yang Lerbi punya. Kekuasaan yang dulu selalu dia banggakan. Ada sosok lain seperti Anka, itu jelas membuat Lerbi semakin marah. Dia merasa sangat diremehkan. Selama Lerbi memiliki gelar sebagai pentolan smaklar, ternyata ada orang lain yang bisa mengambil posisi itu namun memilih diam dan membiarkan Lerbi menikmatinya.
"Lupain mantan pentolan spenda. Fokus aja sama Anka. Target kita sejak awal cuma dia." Semarah apapun Lerbi, dia hanya ingin menjatuhkan Anka. Setidaknya Anka dulu. Jika keadaan telah kembali, baru Lerbi akan mengurus orang orang yang telah meremehkannya secara tidak langsung itu.
"Mau lupain gimana? Dia ada di pihak Anka."
"Hah?"
Lerbi kembali dikejutkan oleh informasi informasi yang dibeberkan. Bagaimana bisa mantan pentolan sekolah besar langsung tunduk dibawah kuasa seseorang? Bahkan seseorang itu hanya berasal dari sekolah swasta yang didominasi hanya oleh anak anak orang kaya yang manja kepada orang tuanya. Tidak boleh ada dua matahari yang bersinar, salah satunya harus meredup. Bagaimana mungkin pentolan Spenda memilih meredupkan cahayanya sendiri tanpa melawan? Pergi kemana keberaniannya dulu ketika masih memegang Spenda? Mengapa semudah itu tunduk kepada seseorang. Apa sebenarnya Anka telah memberi peringatan secara diam diam? Apa yang dilakukan Anka kepadanya?
"Masuk akal ga sih? Masa sekelas pentolan spenda ditaklukin?"
Spenda adalah salah satu sekolah menengah pertama terbesar dikota Argopolo. Jumlah muridnya mengalahkan SMP 1 disana. Lokasinya berjauhan dengan sekolah manapun, itulah sebabnya Spenda memiliki banyak sekali siswa, karena dilingkungannya, hanya Spenda lah satu satunya sekolah yang ada. Gedung sekolah yang luas itu berada didaerah perbukitan, nama sekolahnya terkenal namun tidak banyak yang tahu lokasinya dimana. Siswa siswi nya kebanyakan adalah warga lokal sekitar perbukitan. Mereka dibesarkan dilingkungan yang keras, hidup berdampingan dengan hewan liar dan setiap harinya harus pergi kesekolah melalui jalanan penuh rintangan. Mental dan fisik murid murid disana sangat kuat. Mereka terkenal sangat pemberani. Bahkan murid perempuannya pun tak bisa dipandang remeh. Dengan murid murid sekuat itu, Spenda menjelma menjadi sekolah unggulan kota Argopolo, prestasi dibidang non akademik mereka begitu luar biasa. Eskul olahraganya tak pernah dikalahkan sekolah manapun dikota itu, jadi untuk terus meningkatkan kemampuan para muridnya, Spenda selalu mengadakan pertandingan olahraga dengan sekolah sekolah dari luar kota. Sering kali terjadi, sehabis pertandingan olahraga, mereka mengadakan pertandingan lain yang tidak diketahui tenaga pendidik. Pertandingan berbahaya yang penuh dengan resiko didalamnya. Ajang untuk menunjukkan kekuatan fisik yang akan lebih diakui daripada menjadi juara disebuah tournament resmi lembaga pendidikan. Semua orang disini tau betul kekuatan Spenda. Beberapa dari mereka mungkin ada yang pernah bertanding dengan salah satu muridnya di pertandingan tidak resmi itu. Saat ini dikubu Smaklar yang sudah mereka usik, ada lulusan dari sekolah legenda itu, dan dia bukan murid biasa, melainkan rajanya yang juga melegenda. Pentolan Spenda. Akan serumit apa masalah ini kedepannya?
"Jika resikonya sebesar ini, maka imbalan keberhasilannyapun pasti besar juga. Spenda sering ngadain pertandingan sama banyak sekolah dikurang lebih enam kota sekitaran Argopolo. Ruang lingkup seluas itu, kita bisa dikenal sekabupaten kalau bisa ngalahin kubu Smaklar saat ini." Lerbi terus menghasut. Dia membutuhkan mereka untuk membalas perbuatan Anka. Lerbi tidak bisa mengalahkannya sendirian.
"Lo ada benernya juga. Tapi hanya dengan liat kemampuan pentolan Spenda aja, gue rasa kesempatan kita menang itu kecil. Dan parahnya, ada sosok yang lebih kuat dibelakang dia yang belum nunjukin diri. Lo punya rencana apa untuk bikin Anka keluar?" Laki laki yang sebelumnya sempat dihajar Fahmi dengan sekali pukulan mematikan itu melupakan rasa sakit yang dia terima. Bayangan mengalahkan Smaklar membuatnya bersemangat.
"Kara."
"Hm?" Orang orang bertanya karena Lerbi tidak memberikan jawaban dengan jelas.
"Enggak. Enggak. Jangan melibatkan keluarga penguasa Argopolo lagi." Lerbi merasa ragu dengan ide yang muncul dikepalanya.
"Lo ngomong apasih? Lo tau ga cara mancing Anka keluar?"
"Sebenernya, orang yang paling Anka perduliin itu adalah Kara. Cuma kita bakal ada dalam masalah besar kalo libatin dia. Latar belakang keluarganya hebat, kakeknya penguasa Argopolo juga sebagian dari Delamar, orang yang usir gue dan keluarga gue dari tempat sebelumnya. Kita gabisa gunain Kara. Ah! Gue baru inget. Anka punya satu cewek lagi yang juga dia perduliin." Lerbi baru teringat sesuatu.
"Apa apaan. Jadi si Anka ini juga suka maen cewek? Hahaha." Beberapa orang itu menertawakan komentar yang baru diucapkan teman mereka. Namun Lerbi segera menyanggah. Dia menggelengkan kepalanya juga membuat gestur tubuh untuk menghentikan tawa semua orang disana.
"Dia sahabat deket Anka. Orang yang tau Anka lebih banyak dari siapapun. Sarah. Cuma gue gatau dia dimana sekarang."
"Biar anak anak yang cari info tentang dia. Juga tentang Fahmi, tanya kesemua orang yang pernah berurusan sama Spenda dulu. Kita juga harus tau kelemahannya."
Lerbi ikut senang sekutunya tidak menyerah. Dia tetap memiliki kekuatan yang besar untuk balas dendam kepada Anka setelah ditinggalkan teman temannya yang lain. Iya, hanya Lerbi yang menyisakan dendam. Teman temannya malah tidak ingin lagi berurusan dengan Anka dan memilih melupakan segalanya tentang Delamar. Lerbi akan mengembalikan segalanya. Dia tidak akan lagi dalam pelarian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Of Criminals
Ficção AdolescenteIni tentang Anka. Dia adalah penghukum yang paling setara atas segala kejahatan warga sekolah lain yang merugikannya. Istilah 'Mata diganti mata...', itu berlaku dihidupnya.