Class meeting yang diadakan SMK Negeri 1 Delamar telah terlaksana dengan begitu seru. Tiga hari itu, semua murid bertanding diberbagai bidang olahraga untuk menempatkan nama kelas mereka diurutan pertama disetiap perlombaan.
Acara benar benar seru. Sampai ke penonton saja beradu yel yel menyemangati rekannya yang berjuang.
Mungkin acara itu telah berakhir, tapi masih banyak orang yang membicarakan keseruan keseruan itu bersama yang lainnya. Khususnya tentang Kara yang berani memukul perempuan yang satu tingkat berada diatasnya saat pertandingan futsal putri kemarin.
Nama Kara melejit keberbagai penjuru sekolah. Orang yang sangat jarang keluar kelas, kecuali pelajaran olahraga atau saat jam pulang itu tiba tiba mengejutkan banyak orang dengan tindakannya didalam lapangan. Bagaimana tidak banyak dibicarakan, dia seperti kuda hitam dimata semua warga sekolah. Orang lain berfikir, hanya Lia yang bisa melawan Rara, si ratu angkatan kelas 12. Karena Lia memiliki gelar serupa. Mereka sama sama bermulut besar, kasar, pemberani dan sifat lain yang identik menggambarkan sosok bad girl sekolahan. Tapi tiba tiba nama Kara muncul. Dia kini dikenal sebagai orang pertama yang berani mencari masalah dengan Rara duluan.
Waktu menjelang istirahat terasa begitu menegangkan bagi 3 dari 4 perempuan di kelas TKJ itu. Sudah dapat ditebak, yang paling tenang adalah orang yang sangat terlibat dengan masalah ini. Kara fokus memperhatikan pak Yana yang tengah menerangkan fungsi fungsi dalam sebuah aplikasi. Pelajaran yang tengah diikuti murid 11 TKJ 2 adalah Desain Grafis. Salah satu pelajaran yang sangat penting dijurusan mereka. Jadi Kara tidak ingin memikirkan hal lain di jam jam seperti ini. Tidurpun sangat tidak dianjurkan meskipun keiinginan pada dirinya begitu kuat.
"Dia dengerkan pas gue bilang bisa aja antek antek ka Rara datang ngelabrak di jam istirahat?" Setelah berhasil membuat Rahma menengok kebelakang, dengan cara menendang secara halus bangkunya, Nabila bertanya untuk memastikan.
Rahma mengangguk sambil menunjukkan ibu jarinya. Dia sangat yakin Kara mendengar peringatan Nabila dengan sangat jelas. Hanya saja memang sifat anak itu yang kepalang kalem, menganggap semuanya bukan masalah besar yang harus dikhawatirkan.
Teng... Teng... Teng...
'Waktunya Istirahat pertama... Tetap menjaga kebersihan."
Speaker speaker disetiap penjuru sekolah menyala dengan serentak. Mengakhiri jam pelajaran ke empat yang selalu dinantikan semua orang.
Kara membereskan peralatan tulisnya. Dia sudah bersiap untuk tidur siang, namun tertahan karena melihat teman temannya yang masih diam dibangku mereka.
"Ga pada ke kantin lu pada? Tumben amat." Kara tidak terlihat seperti ingin tahu. Dia hanya basa basi bertanya. Tidak mendapat jawabanpun, bukan masalah baginya. Dia akan tetap menikmati jam istirahat pertama ini dengan damai.
"Ih sumpah ya ni anak. Heh, lo tau ga, nyawa lo terancam bangett inii." Riska menepuk nepuk meja yang Kara gunakan untuk menempelkan kepalanya. Itu membuat Kara kembali duduk tegak, telinganya bisa rusak jika terus memaksakan untuk tidur saat itu juga.
"Nyawa apaan? Dia bakal kesini sambil bawa cerulit? Bacok gue gitu?" Kara terlihat jengah. Dia tidak senang jam tidurnya berkurang.
"Ya ga gitu juga Kar..." Rahma juga lelah dengan sifat Kara yang kelewat tenang ini.
"Kar, ni apa jangan jangan lu juga bakal tetep milih tidur walaupun ada peringatan bencana dari BMKG!?" Riska yang khawatir dengan sifat terlalu tenangnya seorang Kara bertanya cukup serius. Yah, baginya ini cukup serius.
"Kalo lo tetep tidur, kebangetan banget sih. Tidur lo bisa panjang, kalo hoki, lo gaakan bangun lagi."
Kara menjitak kepala Nabila dengan cukup keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Of Criminals
Teen FictionIni tentang Anka. Dia adalah penghukum yang paling setara atas segala kejahatan warga sekolah lain yang merugikannya. Istilah 'Mata diganti mata...', itu berlaku dihidupnya.