Sungguh, kedatangan Anka menemui Kara tidak diniati dengan dirinya yang akan mengungkapkan perasaannya kepada gadis itu. Namun melihat ada laki laki yang berusaha mendekatinya, Anka merasa dia perlu memperjelas hubungannya dengan Kara secepat yang dia bisa. Bahkan Anka tidak pernah berpikir bahwa dia harus meminta izin terlebih dahulu untuk memilikinya. Anka yang sebenarnya, adalah dia yang akan mengklaim kepunyaannya tanpa memperdulikan siapapun. Apa yang dia inginkan, semuanya akan berakhir seperti yang sudah dia tentukan. Namun Kara pernah mengajari Anka tentang 'meminta izin', kala gadis itu menemukan fotonya sendiri ada dimeja kamar Anka tanpa sepengetahuannya. Maka dari sanalah, Anka mulai berpikir untuk mempertimbangkan pendapat pihak lain. Anka tidak pernah takut melawan siapapun, bahkan orang yang jauh lebih tua darinya sekalipun. Tapi dengan Elrio, Anka merasa tidak percaya diri. Karena menurut Kara, dia adalah laki laki yang baik. Dan Anka kalah dari penilaian tentang hal itu.
"Ini aja gimana?"
Anka menganggukkan kepalanya. Dia setuju dengan pilihan menu makanan yang Kara tunjukkan di ponselnya. Saat ini, Anka dan Kara sedang didalam angkot, tengah dalam perjalanan menuju rumah Anka. Anka mengajaknya makan malam disana, dia juga meminta Kara menghubungi teman teman yang lain untuk ikut bergabung, sudah lama Anka menghindari mereka yang berhari hari lalu selalu berusaha untuk menemuinya. Anka tidak membawa kendaraan saat datang ketempat kerja Kara karena mempertimbangkan beberapa hal. Salah satunya karena Anka tidak tahu keadaan kakinya yang sebenarnya, bisa saja saat mengemudi, kakinya tiba tiba tidak bisa digerakan. Anka mengantisipasi terjadinya kecelakaan.
Didalam angkot yang tidak terisi penuh, mereka berdua malah duduk berdempetan dibagian paling belakang. Semua orang yang melihatnya pasti akan menganggap keduanya adalah sepasang kekasih kan? Bukan seseorang yang sedang membawa sanderanya? Karena Kara terlihat patuh sekali terhadap semua perintah perintah Anka. Mulai dari Anka yang menyuruh Kara memilih makanan pada aplikasi pesan antar, menghubungi banyak orang, dan Kara yang selalu meminta persetujuan Anka sebelum melakukan suatu hal.
Anka sedang tidak menggunakan handphone. Dia kehilangannya saat pertarungan malam itu melawan seorang pembunuh. Anka Belum sempat juga membeli yang baru. Atau mungkin ada dirumah? Arthur mungkin menyediakan alat itu untuk saling berkomunikasi namun Anka belum menyadarinya. Dia sibuk dengan pekerjaan yang mulai diberikan FG secara online kepadanya. Ya, entah Lucca atau pengajuan Anka sendiri yang berhasil menggerakan hati pemilik perusahaan tempatnya bekerja itu, yang pasti Anka mendapat izin untuk bekerja dari rumah.
"Berapa yang harus kita pesen?" Kara bertanya saat menyadari bahwa dia tidak tahu jumlah pasti orang yang akan datang.
"Lo ngundang anak cewek kelas?" Anka balik bertanya, dia juga ikut menggerak gerakan layar handphone Kara, mengecek sudah sejauh mana pekerjaannya dalam memesan makanan.
"Emangnya gapapa?"
Saat itulah tatapan Anka teralihkan dari layar handphone Kara. Kini dia memandangi wajah pemiliknya. "Kenapa kenapa sih. Mereka bisa ngehambat rencana gue buat cium balik lo."
"Kok lo jadi mesum sih?"
Tuduhan Kara membuat Anka menaikan sebelah alisnya.
"Gue cuma minta keadilan. Lo pernah nyium gue, masa gue ga boleh nyium lommph..."
Kara segera menutup mulut Anka. Dia menyadari penumpang lain mulai memperhatikan mereka karena mendengar pembicaraan yang mereka lakukan.
"Gue bakal undang anak anak cewek." Kara tersenyum jahat kali ini. Dia lalu melepaskan tangannya yang menjadi segel mulut laki laki disampingnya itu. Anka tidak kesal, dia malah ikut tersenyum setelahnya. Bahagia hanya dengan menggoda Kara seperti sekarang.
Drting!
Kara mendapat balasan dari salah satu orang yang dia ajak untuk berkumpul. Saat melihat balasan itu, Kara langsung menghapus riwayat pembukaan aplikasi pesan antar yang sebelumnya menguras fokusnya beberapa waktu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Of Criminals
Teen FictionIni tentang Anka. Dia adalah penghukum yang paling setara atas segala kejahatan warga sekolah lain yang merugikannya. Istilah 'Mata diganti mata...', itu berlaku dihidupnya.