Pengumuman pembagian instansi telah terpasang di mading jurusan. Sebelumnya pihak sekolah memberi daftar beberapa nama instansi yang bisa dipilih secara bebas oleh murid TKJ untuk dijadikan tempat mempelajari dunia industri. Namun, karena pihak instansi memiliki aturan berbeda beda dalam mengatur quota penerimaan siswa, jadi siswa yang tidak bisa melaksanakan prakerin di instansi pilihannya harus siap ditugaskan di instansi manapun yang dipilihkan oleh sekolah.
Nama Kara berada didalam daftar siswa yang ditugaskan disalah satu cabang Yayasan dikota Delamar. Yayasan memang instansi yang dipilih Kara sendiri, untunglah dia bisa dapat tempat untuk prakerin disana. Jika dia tidak dapat prakerin di kota Delamar, kakeknya pasti akan menyediakan tempat khusus di Argopolo untuknya melakukan prakerin. Kara tidak akan mendapat pengalaman kerja apapun jika dia terus dibawah pengawasan kakeknya itu.
"Temen seinstansi lo semua asik asik banget." Nabila cemburu dengan itu. Nabila juga ditempatkan di instansi pilihannya sendiri memang, namun seharusnya dia tidak mencari tempat yang hanya sekedar dekat dari rumah, tapi juga dengan lingkungan kerjanya. Sekarang, Nabila harus terpisah dari ketiga temannya.
"Kalem Bil. Ntar gue mampir ke toko tempat lo prakerin. Beli flashdisk, sama mau instal ulang windows, mumpung lo yang nanganin, jadi bisa gratis." Kara menaik turunkan kedua alisnya. Dia pintar mencari kesempatan.
"Instal ulang doang kan lu sendiri bisa!" Nabila heran, flashdisk bootable banyak, tinggal pinjem ke office TKJ, cara instal ulang udah diluar kepala, bisa bisanya Kara menjadikan itu alasan dia mengunjungi toko tempat temannya bertugas.
"Kan biar lo ada kerjaan Bil. Itung itung itu bentuk dukungan dari gue, biar lo semangat prakerinnya." Kara menepuk nepuk punggung Nabila, memberinya pengertian.
"Bahasa kasarnya, mau nyusahin lo Bil." Riska menyimpulkan.
"Tolol..." Nabila tidak kesal. Dia malah tertawa setelah mendengar faktanya. Seaneh apapun alasannya, itu memang bentuk dukungan Kara kepada temannya. Kara mungkin terlalu gengsi untuk menunjukkan rasa perdulinya, tapi apa yang dia lakukan, itu selalu baik pada akhirnya.
"Eh Kar, aktor china yang lo suka tuh, ini bukan?" Rahma yang sedari tadi sibuk dengan hanphonenya, akhirnya mengeluarkan suara, mengganti topik obrolan. Dia menyodorkan hanphonenya kepada Kara, ingin memperlihatkan wajah seseorang kepada temannya.
"Bukan. Orang terkenal yang namanya Yangyang, lebih dari satu. Lo tulis dikolom pencariannya harus 'Yangyang aktor China', nah baru bakal muncul." Kara mengembalikan handphone Rahma. Dia beralih ke layar handphone sendiri dan menunjukkan foto yang tepat kepada temannya.
"Ini Yangyang."
Nabila mengambil handphone Kara. Dia juga ingin melihat siapa yang tengah dibicarakan kedua temannya itu.
"Ya Allah, inikah yang dinamakan visual pangeran surga!?" Nabila memuji lelaki yang gambarnya tengah tertampil di layar handphone itu.
"Lo kok bisa nemuin visual visual kek gini? Gue ga dapet dapet anjirr." Riska juga terobsesi sekarang. Dia berusaha merebut handphone Kara dari Nabila.
"Ih! Kan yang harusnya liat pertama tuh gue!! Siniin!" Rahma ikut bergabung, berebut benda milik Kara dengan 2 temannya yang lain.
Kara sendiri tidak perduli dengan pertarungan teman temannya. Dia membiarkan handphonenya berkeliling dari tangan ke tangan, mau diapakan handphone itu, Kara tidak perduli. Dia lebih memilih menyiapkan mejanya untuk tempatnya memejamkan mata. Suasana kelas sekarang tidak menyenangkan menurutnya.
"Jangan tidur plis!!!" Riska menghentikan pergerakan Kara yang hendak menaruh sebuah jaket diatas meja.
Karena Kara tertalu sering tertidur dikelas, teman temannya jadi tahu kebiasaan Kara sebelum melakukan hobinya itu. Dia akan menaruh jaket diatas meja, menjadikannya bantal sekaligus penutup wajahnya. Jika Kara sudah tertidur, tidak ada yang bisa membangunkannya kecuali bel sekolah. Dia seperti beruang yang tengah berhibernasi. Makanya jika ada hal yang penting untuk dikatakan kepada Kara, lebih baik segera katakan sebelum perempuan itu memejamkan matanya. Atau nanti kata itu akan lupa tersampaikan karena terlalu lama kenunggu Kara bangun dari tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Of Criminals
Teen FictionIni tentang Anka. Dia adalah penghukum yang paling setara atas segala kejahatan warga sekolah lain yang merugikannya. Istilah 'Mata diganti mata...', itu berlaku dihidupnya.