Kedatangan tuan Arthur di Indonesia segera disambut oleh anak buahnya yang sudah terlebih dahulu sampai disini untuk memantau pergerakan tuan Eder. Tuan Arthur dibuntuti oleh beberapa bodyguard, posisinya sebagai presiden komisaris perusahaan raksasa cukup menjadi alasan mengapa dia membutuhkan perlindungan bahkan ketika berada di tempat yang sangat jauh dari area teritorialnya.
Orang yang Arthur beri tugas penting itu menunjukkan layar tab yang berisi sebuah berita yang ada pada media nasional. Isinya tentang seorang turis yang melakukan pembunuhan sadis di sebuah gedung terbengkalai tadi malam.
Ditengah keramaian bandara, Arthur berjalan santai sambil menswipe layar tab ditangannya, dia tidak khawatir menabrak sesuatu, beberapa orang siap menghalau apapun yang ada didepan Arthur saat itu.
"Bagaimana keadaan Angkasa?"
Ketakutan Arthur tidak hilang meski dalam pemberitaan itu Tuan Eder Becker sudah dipastikan akan masuk penjara kembali. Tetap masih ada hal lain yang Arthur khawatirkan.
"Angkasa tiba tiba kehilangan kesadarannya tepat sesaat setelah Tuan Arthur diamankan kepolisian lokal. Keadaannya kritis, saya belum mengetahui penyebab pastinya mengapa Angkasa tidak sadarkan diri, sekarang saya akan membawa anda menemui Angkasa, Tuan."
Tuan Arthur masuk kesebuah mobil yang sudah disiapkan oleh orang orangnya. Dia duduk dikursi belakang. Jarinya tidak lagi mengutak atik layar tab, bahkan benda itu sudah lepas dari tangannya. Matanya terpejam saat kepalanya sudah memiliki tempat bersandar yang nyaman.
Dari yang terlihat oleh mata para bodyguardnya, tidak ada perbedaan apapun dari raut wajah tuan Arthur dengan yang biasa dia tunjukan setiap harinya. Raut wajah penuh tekanan, ketakutan dan lain sebagainya. Hidupnya seperti tidak pernah benar benar dalam keadaan damai.
"Antarkan saya kerumah yang ditempati Angkasa selama ini." Dengan mata yang terpejam, tuan Arthur memberikan perintahnya ketika mesin mobil telah dinyalakan.
"Tapi Angkasa saat ini berada dirumah sakit Tuan, keadaannya masih belum menunjukkan perubahan yang baik."
"Itu bagus. Pastikan keadaannya tetap seperti itu untuk beberapa waktu."
Dua orang yang duduk di kursi depan saling pandang. Mereka dibuat kebingungan sekaligus kaget oleh kata kata dari Tuan Arthur. Ada apa dengan bos mereka? Bukahkah seharusnya dia menemui Putra yang selalu menjadi alasan dari setiap kekhawatirannya? Memastikan keadaannya dan berharap kondisinya membaik sesegera mungkin?
Para bodyguard itu mungkin sangat ingin mengajukan pertanyaan kepada Arthur tentang hubungan seperti apa yang sebenarnya terjalin diantara dia dan anaknya. Namun mereka tidak mungkin benar benar bertanya, pekerjaan mereka hanya untuk memenuhi perintah perintah dari atasannya.
Setelah hampir 3 jam menempuh perjalanan, mobil yang diitumpangi Arthur dan satu mobil lainnya akhirnya mulai memasuki kawasan kemiliteran. Arthur melihat keluar jendela. Lingkungan yang dilihatnya tampak sehat dari sekilas mata memandang.
Sekarang masih pagi, ratusan tentara melakukan joging dengan membentuk barisan yang panjang, mereka bernyanyi sepanjang jalan dengan penuh semangat. Mungkin mereka sudah mengelilingi satu desa, dan markas mereka menjadi titik awal dan akhir dari kegiatan yang mereka lakukan pagi ini. Bukankah semakin sering anaknya melihat hal hal positif seperti ini akan memberikan efek yang baik pula? Seharusnya memang begitu.
Mobil dan para tentara itu memilih jalan yang berbeda. Arthur dan kelompoknya berbelok kejalan lain, jalan yang sangat sepi dan hanya ada satu tujuan di ujung jalan tersebut.
Dua mobil itu berhenti ketika berada didepan sebuah gerbang besar yang tertutup. Gerbang itu tidak berpenjaga, dan orang yang turun dari mobil bukannya menghampiri gerbang tapi malah membukakan pintu untuk Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Of Criminals
Teen FictionIni tentang Anka. Dia adalah penghukum yang paling setara atas segala kejahatan warga sekolah lain yang merugikannya. Istilah 'Mata diganti mata...', itu berlaku dihidupnya.