32. Everyone see you

226 30 1
                                    

Sabtu pagi.

Kara sudah menyelesaikan segala pekerjaan rumahnya seperti menyapu, mengepel dan mencuci pakaian. Dia juga sudah mandi meskipun tidak akan kemana mana. Kalau soal menyetrika, mungkin sore nanti akan Kara kerjakan sambil nonton drakor. Untuk sekarang, Kara hanya ingin menikmati hari liburnya.

Sejak SMP kelas 1, Kara sudah dilatih hidup sendiri oleh kakeknya. Segala keperluannya harus dia sendiri yang siapkan. Kalau masalah uang, tentu dia masih dalam tanggung jawab kakeknya, karena kedua orang tua Kara sudah tiada.

Meskipun Kara tinggal sendiri, dia tidak pernah benar benar sendiri. Keluarganya selalu mengelilingi dia dan perduli kepadanya. Dia cucu perempuan satu satunya, harta paling berharga didalam keluarganya.

Tok... Tok... Tok...

"Kar udah sarapan belum? Dirumah gue ada nasi goreng pete."

Kara beranjak menuju pintu. Membukakan pintu itu untuk berhadapan langsung dengan sepupunya, Fisqi.

"Di rumah gue ada rendang."

Ketika Kara berhasil membuka pintu, bukan wajah Fisqi yang dia lihat. Melainkan sepupunya yang lain, yaitu Fahmi.

"Berat banget anjir, sarapan doang pake rendang!" Fisqi berkomentar.

"Serah gue lah. Sirik aja nih bang Fisqi. Ayok Kar, sekalian lo liat perkembangan skill masak gue." Fahmi sudah menggenggam tangan Kara, siap menariknya menuju rumahnya.

"Masih meragukan. Udah mending kerumah gue aja Kar, lo tau sediri kemampuan masak gue kaya gimana. Lo semua aja belajar masak dari gue. Buruan, keburu dingin ntar." Fisqi memegang bahu Kara, dia akan merangkulnya dan membawa Kara kerumahnya.

Dari kejauhan Kelana datang dengan sebuah piring ditangannya. Kakak kandung Kara itu ternyata pulang. Biasanya meskipun weekend seperti ini Kelana jarang ada dirumah, dia bekerja diluar kota, pulang kerumah kalau ingat saja, atau ada hal yang mendesak.

"Nih makan."

Kara langsung dipaksa memegang piring yang diberikan oleh Kelana. Didalam piring itu hanya ada nasi putih dengan telor ceplok saja, benar benar klasik.

"Seenak apapun makanan yang orang tawarin, bakal kalah sama makanan yang udah langsung ada didepan mata." Kelana menyindir. Kakak kandung Kara itu langsung menarik Kara untuk duduk di kursi yang ada diteras rumah. Kelana ikut duduk disebrangnya, memantau Kara agar benar benar menghabiskan sarapannya.

"Dih. Telor ceplok doang sok iye banget!" Ingin Fahmi mengolok makanan pemberian Kelana, namun mengingat sifatnya yang kaku hanya bisa membuat Fahmi berbicara dalam diam. Tentu saja jika dibandingkan dengan rendang dirumahnya, makanan pemberian Kelana tidak ada apa apanya.

"Makan. Bukan bengong!"

Kara menghembuskan nafas beratnya. Sebelumnya dia ditawari makanan makanan mewah. Nasi goreng Fisqi juga tidak bisa diremehkan, dia tidak hanya membual ketika bilang bahwa kemampuan memasaknya cukup baik. Bahkan Fisqi menjadi salah satu chef yang terbaik dikeluarga ini. Tapi sekarang apa? Yang bisa Kara makan saat ini hanya telor ceplok saja.

"Itu tetep makanan dek. Makan!" Kelana memerintah saat Kara masih diam saja meratapi piringnya.

Kara akhirnya menurut. Dia makan makanan yang dibawakan kakaknya. Bukannya Kara tidak mensyukuri makanan yang ada, dia memang tidak terlalu menyukai segala jenis yang berhubungan dengan ayam, entah itu telor ayam, daging ayam, apapun bagian dari tubuh ayam, Kara kurang suka. Bukannya tidak suka, hanya kurang suka. Jika ada makanan lain selain ayam ayaman, Kara akan memilih makanan yang lain itu. Entah mie instan atau hanya gorengan bakwan.

The School Of CriminalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang