Lerbi sudah menerima kabar tentang teman disatu jurusannya yang terluka oleh anak dijurusan lain. Hubungannya dengan Rara tidak hanya sebatas teman satu jurusan, mereka lebih dekat dalam menjalin pertemanan. Keduanya sama sama terkenal karena sifat nakal mereka, jika Rara adalah Ratu angkatan kelas 12, maka Lerbi adalah Rajanya.
Karena hubungan persahabatan itu, Lerbi merasa harus mengambil tindakan kepada siswa yang melukai sahabatnya. Entah disengaja atau tidak kecelakaan itu terjadi, Rara tetap terluka karenanya. Dia tidak akan tinggal diam. Rasa solidaritasnya harus dibuktikan.
"Itu si Abdi sama antek anteknya. Kayanya baru pada bubar." Zidan menunjuk kegedung TKJ yang sekarang terdapat beberapa siswa yang diketahui satu perkumpulan dengan orang orang yang terlibat dengan kecelakaan Rara.
"Gasskeunn!" Lerbi mulai berjalan cepat menghampiri beberapa adik kelasnya itu. Teman temannya juga mengikutinya, terlihat seperti satu geng yang hendak mengajak geng lainnya untuk tauran.
"Eh Di." Lerbi menyapa.
Abdi yang dipanggil itupun menoleh. Tersenyum membalas sapaan kakak kelasnya.
"Anjir rame ramean. Kenapa? Ada tauran lagi?" Abdi bertanya. Lerbi ini yang menyuruh Abdi ikut tauran beberapa hari lalu. Terkadang, meski beda perkumpulan tapi sama sama anak nakal, mereka bisa saling membantu.
"Engga sih. Gue ada urusan sama Dewa sama Anka disini. Mereka belum pada balik kan?"
Belum Abdi menjawab pertanyaan Lerbi, Dewa sudah keluar dari kelas, menyusul Rahma yang sebelumnya ada didepannya.
"Itu Dewa Ler."
Saat temannya, Banu, menunjuk seseorang, Lerbi saat itu juga hendak menghampirinya. Namun Abdi menahan pergerakannya dengan tiba tiba.
"Kenapa? Gue punya urusan sama temen lo, bukan lo. Ntar abis ini kita ngopi bareng lah ya, di warung bu Yati."
Abdi tersenyum. "Ehee... Bukan masalah ini urusan siapa bro. Lu mau ngasih pelajaran ke Dewa kek gimana pun juga gue ga masalah."
Lerbi mengangguk. Memang seharusnya begitu.
"Tapi kalo soal Anka. Jangan sekali kali usik dia bro. Bukan cuma karna gue temennya. Lagian lo juga temen gue kan? Ya gue cuma takut aja ntar dia bales perbuatan lo. Diatuh tipe yang kalo dilawan ga sampe keakar akarnya, bisa tumbuh lebih kejam. Lo ga bakal baik baik aja." Abdi menepuk nepuk bahu kakak kelasnya. Setidaknya, sebagai orang yang sering berurusan dengan Anka, Abdi sudah memberitahu. Percaya atau tidak, itu tergantung keputusannya.
"Eh, motor ninja silver blue di parkiran, punya si Anka bukan?"
Abdi mengangkat bahunya. "Kalo motor itu yang paling keren, mungkin iya. Si Anka gunta ganti motor mulu, kadang bawa mobil."
"Diparkiran cuma ada mobil mobil guru." Lerbi mengingat ngingat. Semua kendaraan disana sangat umum. Kecuali satu unit motor Yamaha R1 M yang sangat mencolok disana.
"Ya berarti emang motor Anka. Kenapa emang?" Abdi bertanya.
"Ya keren aja gilakkk. Gue pengen nyoba. Hahahaha..."
Abdi ikut tertawa bersama kakak kakak kelasnya. Memang barang barang Anka selalu membuat orang yang melihat ingin memakainya. Tapi siapa yang berani meminta izin kepadanya. Lebih baik menunggu laki laki itu yang memberi izin duluan.
"Gue ke warung sekarang deh ya. Lo kalo udah selesai, nyusul kesana." Abdi dan dua temannya yang sedari tadi hanya menyimak segera melenggang dari sana setelah selesai memberi informasi.
Dewa hendak melewati gerombolan kakak kelasnya, namun tiba tiba menghentikan langkahnya saat seseorang yang sangat terkenal disekolah itu tiba tiba merangkul bahunya. Lerbi berbisik untuk menyuruh Dewa mengikutinya kesuatu tempat, namun karena tau dia tidak akan baik baik saja, Dewa jadi menghentikan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Of Criminals
Teen FictionIni tentang Anka. Dia adalah penghukum yang paling setara atas segala kejahatan warga sekolah lain yang merugikannya. Istilah 'Mata diganti mata...', itu berlaku dihidupnya.