Anka duduk didepan seorang laki laki yang akan mengajukan banyak pertanyaan kepadanya. Saat ini sudah terpasang beberapa komponen dari alat pendeteksi kebohongan pada tubuh Anka. Itu dilakukan untuk hasil yang maksimal dari penyelidikan.
Pagi ini Anka tiba tiba menjadi tersangka atas kasus yang menewaskan salah satu temannya. Anka tidak menolak ketika polisi menjemput dia di tempat kerjanya, dia akan besikap kooperatif sebagaimana semestinya.
"Apa benar nama Kamu Licio Angkasa Moraes dan orang orang memanggil kamu dengan nama Anka?" Penguji mulai mengajukan pertanyaannya.
Proses introgasi dimulai.
"Iya." Anka menjawab dengan sangat singkat.
Penguji itu memantau gelombang yang muncul pada monitornya ketika Anka telah memberi jawaban.
"Kamu tau perempuan bernama Lia?"
"Iya."
"Apa perempuan dalam foto ini Lia yang kamu kenal?"
Penguji menunjukkan sebuah foto kepada Anka. Anka melihatnya sekilas. Dia mengenali dengan cepat siapa yang ada dalam foto itu.
"Iya." Jawaban yang sama untuk setiap pertanyaan yang diberikan kepada Anka.
Penguji menunjukkan foto Lia yang lain. Itu foto yang polisi ambil dari tempat kejadian pembunuhan. Dimana Lia sudah berlumuran darah.
"Kapan pertama kali kamu tau dia dibunuh?"
"Pagi ini. Dari polisi yang tiba tiba menetapkan saya sebagai pembunuhnya."
Penguji melihat ke monitornya lagi. Gelombang disana masih normal. Tidak ada perubahan getaran yang signifikan, itu tandanya apa yang diucapkan Anka adalah sebuah kejujuran.
"Dimana kamu pada tanggal dua puluh empat dan dua puluh lima november kemarin?"
Anka benar benar memperhatikan penguji, dia bukan fokus kepada pertanyaannya, melainkan kepada wajah sang penguji yang terlihat serius dalam menganalisis gelombang dimonitornya. Anka sedikit tersenyum, penguji itu pasti kesulitan menilainya. Karena Anka tidak menunjukkan reaksi apapun, bahkan ketika dia berbohong. Gelombangnya akan tetap normal.
"Saya menemui teman saya diluar kota."
"Apakah kota tempat kamu menemui temanmu adalah kota Niranesa?"
"Iya." Anka membenarkan bahwa dirinya memang berada dikota yang sama dengan lokasi pembunuhan. Sebuah kebetulan yang membuatnya semakin dicurigai pihak kepolisian.
"Apa teman kamu bisa memberi kesaksian untuk membenarkan alibimu itu?"
Anka sedikit berfikir. Itu bukan pertanyaan yang bisa langsung ia beri jawaban. Orang yang dipikirkan Anka saat ini bisa menguatkan alibinya atau bahkan menghancurkannya. Tidak bisa ditebak.
Penguji terus memantau gelombang, bahkan ketika Anka berfikir, terlihat sedang menyusun kebohongan, gelombang itu tetap tidak menunjukkan perubahan.
"Apa beberapa hari sebelum Lia terbunuh, Lia mengunjungi rumah kamu?" Penguji memilih melompati pertanyaan sebelumnya dan memberi pertanyaan yang baru. Anka memiliki hak untuk tidak menjawab semua pertanyaan.
"Iya." Kali ini Anka kembali menjawab dengan cepat.
"Apa ada orang lain selain Lia yang berada dirumah kamu saat itu?"
"Ada. Saya mengundang banyak teman kerumah."
Penguji itu mengambil sebuah berkas diatas meja. Dia mengeluarkan selembar kertas yang berisi tulisaan. Menyerahkannya kepada Anka agar Anka bisa membacanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Of Criminals
Teen FictionIni tentang Anka. Dia adalah penghukum yang paling setara atas segala kejahatan warga sekolah lain yang merugikannya. Istilah 'Mata diganti mata...', itu berlaku dihidupnya.