Ketika Anka datang kekelas, Abdi langsung melebur kedalam pelukannya. Dia tidak perduli pandangan jijik dari seluruh anak kelas, yang pasti saat ini Abdi sangat senang dengan fakta bahwa Kevan telah pulang dengan selamat. Anka tidak seburuk itu. Seharusnya sedari awal Abdi tidak pernah meragukannya. Dia menyesal sekarang.
"Makasih lo udah bebasin Kevan."
Tanpa berekspresi Anka melepaskan diri dari pelukan Abdi. Dia berjalan satai menuju mejanya, menaruh tas lalu duduk diam seperti biasa.
Abdi yang sudah sering diperlakukan seperti itu tetap menunjukkan senyum cerianya. Dia ikut duduk disamping Anka, tanpa rasa khawatir yang sempat dia rasakan sebelumnya.
Fadli dan Reyhan baru masuk, mereka yang melihat Abdi duduk anteng disebelah Anka merasakan aura positif hadir dikelas ini. Mereka juga segera bergabung, menyapa Anka yang sempat mereka hindari kemarin. Meskipun sepertinya Anka tidak menyadari dirinya dijauhi. Dia selalu tenang dikeadaan apapun.
Pagi hari yang normal berjalan begitu tenang. Fadli yang mulai bergosip, Abdi yang sibuk membalas chat Milly, juga Reyhan yang sedang tebar pesona di depan kelas. Anka juga pada rutinitasnya, memerhatikan Kara. Perempuan itu sedang memejakan mata sekarang.
"Rey! Jangan ganggu anak jurusan gue anjing! Gue jomblo terus gegara cewe sini naksir anak jurusan lo!" Seseorang dari jurusan Pertanian yang lokasinya tepat disebrang sana berteriak memberi peringatan.
Reyhan tertawa. "Sukurin! Suruh siapa lo jelek!?"
Jawaban Reyhan membuat lawan bicaranya itu ingin melayang langsung dari lantai dua menuju Reyhan untuk memukulnya. Tapi itu hanyalah rencana yang tak mungkin tercapai sekalipun posisi mereka berdekatan. Mencari masalah dengan anak TKJ sedang dihindari semua jurusan saat ini.
"Sorry, ini kelas sebelas TKJ dua?"
Perhatian Reyhan teralihkan. Didepannya kini ada seorang murid laki laki yang membawa kotak makan. Wajahnya tampan, dilihat dari pakaiannya yang masih kinclong, murid ini pasti kelas 10.
"Yoi. Cari siapa?" Tanya Reyhan dengan sok keren. Dia harus menunjukkan wibawanya sebagai kakak kelas.
"Kalira."
Reyhan semakin intens memerhatikan lelaki di depannya. Siapa dia? Berani sekali mendekati Kara. Apa dia tidak tau siapa saja yang berada dibelakangnya?
"Gue kasih tau lo yah, kasian aja masih muda udah mempertaruhkan hidup kek begini. Jangan sedikitpun lo ganggu Kara. Lo liat cowo di pojok sana..." Reyhan merangkul adik kelasnya itu, menunjuk Anka yang sedang fokus memerhatikan Kara dengan intens.
"Kara udah di hak paten kan sama Angkasa. Sedikit aja lo ganggu, entah itu tangan, kaki atau langsung kepala lo yang ilang. Serem njir, udah sono lu balik!" Reyhan mendorong adik kelasnya untuk berbalik badan menuju kembali kekelasnya. Dari bet seragamnya dia berada di jurusan Otomotif. Jurusan yang menjadi tetangga dari TKJ. Jurusan penghuni pojok sekolah.
Bukannya menurut, laki laki itu malah masuk kedalam kelas, membuat Reyhan kaget dengan apa yang dilakukannya.
Murid dengan name tag 'Fahmi Pradivta' itu berdiri menghalangi pandangan Anka kepada Kara. Fahmi tidak perduli sedikitpun dengan apa yang diucapkan laki laki didepan tadi. Dia menaruh kotak makan yang dibawanya diatas meja Kara.
"Kara..." Meskipun tidak dengan embel embel 'kak', laki laki itu tetap memanggil nama Kara dengan lembut.
Wajah Anka seketika serius disaat Kara yang seharusnya tidak bangun selain karena bel sekolah, malah membuka matanya untuk laki laki asing itu. Tidak hanya Anka, bahkan murid lain yang melihatpun ikut tercengang. Mereka saling bertanya tentang siapa adik kelas kece itu yang berhasil membangunkan beruang dari hibernasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Of Criminals
Teen FictionIni tentang Anka. Dia adalah penghukum yang paling setara atas segala kejahatan warga sekolah lain yang merugikannya. Istilah 'Mata diganti mata...', itu berlaku dihidupnya.