Kara, Ravi dan dua teman lainnya membuka sepatu mereka untuk bisa berdiam dihalaman masjid, mereka berniat untuk makan siang seperti biasanya disana. Namun ada sedikit yang berbeda, dua orang diantaranya sedang dalam mode tidak baik baik saja. Terlihat kesal oleh suatu hal.
"Ih sumpah, gue capek banget anjing!!!" Tiba tiba satu temannya itu mengeluh.
"Sama nyet! Gua cuti setengah hari deh, mau heeling takut stres." Satunya lagi ikut mengeluh.
Kara dan Ravi saling beradu tatapan, tidak mengerti dengan apa yang dua temannya keluhkan.
"Lu berdua stres gegara bersihin taman?" Ravi bertanya hati hati. Takut pekerjaan yang menurutnya sepele itu adalah pekerjaan yang sangat membebani bagi keduanya.
"Gimana ga stres anying, kita berdua berhari hari rapihin taman, tuh anak mahardika tiba tiba pada pake motor lewat rumput yang udah dirapihin, sampe banyak bagian lapang yang gaada rumputnya sekarang! Emosi banget gue! Tiap hari panas panasan ngebagusin taman, mereka ngerusaknya dalam sehari! Goblog banget!"
"Bener. Gaada jalur buat motor, itu taman ga boleh dilewatin kaya gitu! Mereka juga ngurus taneman! ngapa gak ngertiin kita!? Apa karena kita cuma ngurus rumput liar sedangkan mereka ngurus sayuran yang bisa dijual!? Gue ancurin kebon mereka sebelum panen juga da! Emosi bet dah!"
Kara dan Ravi mendengarkan dengan setia setiap curahan hati yang disampaikan kedua temannya. Jika mereka ada diposisi itu juga pasti kesal. Usaha mereka bukannya tidak membuahkan hasil, namun dihancurkan oleh orang lain.
"Gue nanti laporin mereka ke pimpinan deh. Biar tau rasa tuh anak anak tolol." Ravi ikut mengumpat.
"Cari masalah mulu, heran." Lanjut Ravi yang kini merasa lebih kesal daripada dua temannya yang lain.
"Eh Kar, mau kemana!?"
Ketiga lelaki itu berdiri ketika Kara tiba tiba pergi. Perempuan itu diam diam sudah memasang kembali sepatunya, dia meninggalkan teman temannya yang kini hendak menyusul namun terhalang oleh tali sepatu yang belum terikat.
"Mau kemana tuh anak?"
"Rey, buru Rey ikutin dia dulu. Bisa ada perang ini!"
Reyhan yang baru kembali dari WC dan tidak tau apa apa langsung diberi tugas secara mendadak. Meskipun dia tidak tau, Reyhan tetap menuruti perintah Ravi untuk mengikuti Kara lebih dulu.
Kara berjalan cepat menuju perkebunan. Reyhan tidak bertanya, dia hanya mengikutinya dibelakang. Masih mencari jawaban sendiri tentang keadaan yang saat ini terjadi.
"Shut shut eh! Ada jagoan datang."
Kara mendengar suara Sabina yang memberitahu kedatangannya kepada teman temannya.
Ditelinga Reyhan, itu terdengar seperti ejekan. Ada apa dengan murid perempuan itu? Dia membenci Kara kah?
"Maaf ganggu waktu kalian. Tapi ada yang harus gue sampaikan." Begitu tiba di pondok tempat beristirahatnya para anak anak Mahardika, Kara segera menyita perhatian semuanya.
Ravi dan dua temannya juga sekarang sudah ada. Mereka benar benar cepat untuk menyusul. Takut terjadi apa apa kepada Kara ketika dia mencoba untuk membela teman temannya.
"Bisa ga kalian ga lewatin taman pake motor? Temen temen gue udah kerja keras buat mempercantik taman itu, tapi kalian malah rusak dengan ngebiarin motor kalian jalan diatas rumputnya. Gue udah bilang, tolong saling ngehargain. Terlepas dari siapa yang lebih dulu mulai kerja, kita semua tetep murid PKL disini." Kara dengan jelas memberitahukan alasan kedatangannya.
"Ah, gegara taman dirusakin mereka?" Reyhan yang mencoba untuk mengerti itu, bertanya untuk memastikan kembali kesimpulannya kepada Ravi. Dan Ravi mengangguk membenarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Of Criminals
JugendliteraturIni tentang Anka. Dia adalah penghukum yang paling setara atas segala kejahatan warga sekolah lain yang merugikannya. Istilah 'Mata diganti mata...', itu berlaku dihidupnya.