Mulmed >> [ Cast : Miranda Kerr as Licia Paulwell ]
Erwin POV
Anneth menjelaskan padaku sebelumnya bahwa Rashti tidak akan sadar dalam beberapa hari ke depan.
Meski pikiranku berkecamuk dengan pertanyaan seperti berapa pastinya hari ia akan tetap memejam mata, namun setidaknya aku telah melihat kondisinya secara langsung.
Aku berhenti menyentuh tangan Rashti, memposisikan kedua tangan yang begitu pas dalam genggaman itu dengan nyaman.
Setelahnya, aku kembali keluar dari ruang pasien menuju ke tempat dimana itu bisa menimbulkan kembali emosi yang sempat kupendam.
Ruang siksa.
Dengan dua orang anak buahku yang berjaga di depan pintu, mereka membungkuk lalu membukakan pintu dan membiarkan aku masuk ke dalam.
Di dalam sudah ada Brant dan empat orang anak buahku yang lain sedang mempersiapkan banyak alat siksa seperti biasanya.
Licia telah berdiri tergantung pada tiang pull up dengan kedua tangan yang terikat dan kaki yang dibuat mengangkang serta terborgol pada masing-masing penyangga.
Licia mendongak, menatapku dengan tatapan yang tidak bisa ku artikan.
"Licia, kau tau kesalahanmu dimana kan?" aku membuka percakapan. Licia diam seperti tak berminat untuk menjawab.
"Jawab aku, Licia!" aku membentak hingga wanita itu terkejut.
"Aku tak merasa bahwa apa yang kulakukan bisa di cap sebagai kesalahan. Ketidaksengajaan itu murni kecelakaan, bukan kesalahanku, Boss" penjelasan Licia mengundang amarah hingga aku tak bisa menahan diri untuk tak menampar pipinya dengan keras.
"Kau meracuni orang dan hampir membuatnya mati, dan kau bilang itu bukan kesalahan?" balasku disertai satu tamparan lagi pada pipinya.
"Aku tidak pernah meracuni jalang itu!" Licia berujar tegas.
Bugh
Tak ada tanggapan apapun dariku selain menghantam wajah Licia dengan sebuah tinju. Licia meringis, matanya berkaca-kaca namun tidak menangis.
"Aku tidak meracuninya" sanggah Licia dan satu bogem mentah di dapat di wajahnya.
"Aku tidak meracuninya, Boss!" Licia mengatakan hal yang sama berulang dan tanggapanku masih sama seperti sebelumnya, melayangkan pukulan ke wajah wanita itu hingga menyimpulkan memar di pipi kanan dan kirinya.
Kali ini tak hanya ringisan, tapi isakan dari Licia dapat ku dengar. Brant dan keempat anak buahku hanya menjadi penonton, melihat dan memperhatikan bagaimana aku menampar dan memukul wajah Licia beberapa kali karena wanita itu enggan untuk berkata sebenarnya.
Kekesalanku tidak hanya karena ia sengaja melakukan peracunan terhadap Rashti, melainkan alasan dibaliknya. Kecemburuan Licia sebelumnya kurasa membuat ia nekat menghabisi nyawa wanita itu.
"K-Kenapa.. hiks.." Licia berucap serak.
Air matanya semakin mengalir deras di pipi dan berwarna kemerahan karena bercampur dengan darah segar akibat luka tonjokanku padanya.
Aku masih terdiam, mencoba mencerna perkataan Licia yang belum bisa kumengerti.
"Kenapa... Kenapa kau menghukumku, Boss?" Licia bertanya.
"Kau masih bertanya setelah percobaan pembunuhan yang kau lakukan itu, huh?" aku balik bertanya dan Licia cepat menggelengkan kepala.
"Aku tak ada niatan untuk membunuhnya" Licia berucap, suaranya pelan dan menjadi parau.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King Of The Dark World
AcciónRashti Queenzia Anderson (20), memilih Berlin sebagai tempat ia merayakan ulang tahun. Bersama dengan seorang temannya, Elsa Emelliene Meyr (21) mengunjungi sebuah bar dan berpesta ria disana. Tetapi siapa yang menyangka bila malam itu adalah awal d...