47. Serious Talk

10K 480 13
                                    

Erwin POV

Rashti meninggalkanku dengan cengiran riangnya. Aku mengumpat dalam hati dan sesekali menggelengkan kepala karena tak habis pikir dengan apa yang wanita menyebalkan itu lakukan terhadapku.

Setelah tertipu di rumah kaca saat itu, bisa-bisanya aku juga terlibat ke dalam permainan bodohnya. Tentu saja aku sangat kesal akan hal itu tapi yang bisa kulakukan saat ini hanyalah menghela napas untuk mengatur emosiku yang sempat tidak stabil. Aku kembali menatap ke arah Licia yang berdiri mematung agak jauh dari meja kerjaku.

"Letakkan dokumen itu di meja depan sofa" perintahku dan Licia melakukannya tanpa menjawabnya dengan kata-kata.

Ruang kerjaku lumayan luas dengan satu meja kerja dan kursi kerja utama. Di tengah-tengah ruangan juga terdapat sebuah meja panjang yang di kelilingi dengan banyak sofa. Tempat itu biasa ku gunakan jika akan mengadakan meeting penting dengan beberapa anak buahku seperti saat ini.

Berselang beberapa detik ketika Licia telah meletakkan dokumennya di meja, pintu kembali terbuka. Seperti yang dikatakan Licia kalau yang lain akan datang menyusul, kali ini Anneth yang masuk ke dalam.

"WOAH!! APA-APAAN INI?! BERANTAKAN SEKALI! KEPALAKU BISA PENING MELIHAT TEMPAT TAK BERATURAN SEPERTI INI!" keluh Anneth dengan teriakannya.

Anneth memang memiliki gaya bicara yang terbilang seperti anak-anak. Bersemangat dan ceria dalam segala hal hingga terkadang ia tak bisa mengontrol kelakuannya dan justru berbuat konyol disaat-saat penting.

Sama seperti sekarang, ia yang berteriak sambil melepaskan dokumen di pelukannya hanya untuk menggaruk-garuk kepala menggunakan kedua tangannya.

"Memangnya apa yang kau lakukan disini sampai berantakan sekali, Boss?" Anneth sekarang bertanya dengan suara yang normal.

"Abaikan saja. Tidak terjadi apa-apa" aku menjawab seadanya.

Anneth mulai memperhatikan sekeliling, dahinya mengkerut melihat Licia yang sudah duduk di sofa dengan pandangan yang kosong.

Mungkin karena enggan untuk berkata lebih banyak, Anneth akhirnya memilih untuk menghampiri Licia dan duduk di samping wanita itu.

Mereka berbisik-bisik entah tentang apa tapi yang pasti, Anneth berujar dengan disertai banyak tawa sehingga ia berhasil mengembalikan wajah murung Licia menjadi senyuman.

"Hah~" aku menghela napas lelah.

Setelah Rashti yang cemburu, sekarang justru Licia. Terlibat banyak urusan dengan wanita rupanya amat menyebalkan dan melelahkan.

Beralih dari itu, aku beranjak menuju ke sebuah meja panjang dimana vas dengan bunga-bunga hias tertata rapi di bagian samping ruangan berhimpit dengan tembok.

Disana ada sebuah telpon yang bisa kugunakan mengingat telpon yang ada di atas meja kerjaku telah kusingkirkan dan berantakan di lantai.

Setelah menekan satu tombol saja dari telpon rumah tersebut, aku langsung memposisikan gagang telpon itu di telinga.

"Bereskan ruang kerjaku" perintahku langsung ketika telpon telah tersambung.

Mendapat jawaban kesanggupan dari maid di seberang, aku menutup sambungan telpon dan kemudian ikut duduk di satu-satunya sofa yang ada di samping sofa Licia dan Anneth.

Hanya berselang beberapa detik setelah menelepon, beberapa maid masuk ke dalam dengan membawa banyak peralatan mereka.

Semuanya masuk ke dalam, memberikan salam terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan mereka. Sementara para maid tersebut bekerja, aku kembali fokus pada masalah utamaku saat ini.

The King Of The Dark WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang