Erwin POV
Keterbatasan senjata menjadi kendala dalam melawan puluhan anggota kepolisian dan juga militer. Senjata laras panjang yang dibawa anak buahku berada di bagasi mobil.
Begitu masuk ke area pelelangan, yang kami bawa hanyalah pistol dan beberapa senapan oleh anak buahku yang lain.
Nichole yang hanya bersenjatakan sebuah pistol mulai kehabisan peluru, ia pun berusaha untuk melawan banyaknya polisi dengan tangan kosong.
Gemuruh tembakan, benturan, dan teriakan terdengar memuakkan di telinga. Bahkan saat ini aku tengah disibukkan dengan empat orang polisi yang mengepung.
Mereka menembak namun aku berhasil menghindar. Dengan mengambil langkah selebar mungkin, aku memperpendek jarak dengan salah satu polisi.
Ia terkejut melihat kelincahan ku yang dengan cepat sudah berada di sampingnya. Saat itu juga, aku memintal lengannya ke belakang dan menjadikan ia sebagai tameng untukku.
Aku menggunakan tubuhnya sebagai penahanan setiap tembakan yang di luncurkan oleh rekan polisinya ke arahku.
Para polisi itu gemetar, entah karena takut atau rasa khawatir setelah membunuh rekannya sendiri, aku menggunakan itu sebagai kesempatan untuk mencuri pistol dari polisi dalam cengkraman ku lalu menembaki polisi yang lain satu persatu.
Melihat keadaan sekitarku longgar, aku mulai melangkah pergi dari panggung pelelangan ini ke back stage sesekali melirik ke arah Nichole yang saat ini tengah terkepung dan tertangkap oleh anggota militer yang ikut menyerbu.
Begitu tiba di back stage, aku segera menggunakan earphone nirkabel milikku dan menghubungi Brant yang berada di ruang VVIP bersama Rebecca.
"Bagaimana keadaan disana?" tanyaku begitu panggilan telah tersambung.
"Aku dan Rebecca telah berhasil keluar sebelum aparat gila itu sempat menyerang ruang VVIP" Brant menjelaskan.
"Bawa senjata lengkap dan bantu Nichole di dalam" perintahku.
"Baik Boss" dan begitu jawaban itu keluar, aku segera menuju ke ruang kendali keamanan gedung ini.
Di dalam ruang kendali terdapat beberapa anak buah Wilson dan mereka mencoba untuk menghalangiku masuk. Wilson adalah penyedia utama dalam barang lelang sehingga ia mempunyai hak dalam mengatur pelelangan dan keamanan gedung.
"Wilson sudah berhasil keluar, biarkan aku mengamati situasinya" kataku pada anak buah Wilson.
Mereka tampak tak pecaya membuatku kesal. Tak mempedulikan kekhawatiran mereka, aku melangkah masuk ke dalam dan di sambut oleh todongan senapan dari mereka semua.
"Kau adalah pemasok senjata untuk kemiliteran Jerman. Bisa jadi sebenarnya ini adalah rencanamu untuk menjebak Boss Wilson" kata salah seorang anak buah Wilson.
"Jika memang ini rencanaku, aku tak akan menyuruh anak buahku untuk melindungi Boss busuk kalian" kataku penuh penekanan namun mereka sepertinya masih enggan untuk membiarkan aku turun tangan.
Aku pun melirik ke arah layar komputer yang berjejer menampilkan tayangan CCTV. Mataku menangkap ke arah beberapa anggota militer yang tengah berjalan tergesa ke arah ruang kendali.
"Aku punya rencana untuk menyelesaikan semua ini. Jika kalian tidak ingin tertangkap oleh pasukan militer itu maka ikuti rencanaku" kataku menjelaskan pada orang-orang berotak bebal ini.
"Dan kau pikir kami akan percaya, Nothnagel?" katanya membalas penuturan ku dengan pertanyaan.
"Kalian hanya punya dua pilihan, mati di tangan kemiliteran atau biarkan aku membereskan para militer pengganggu itu" ucapanku membuat mereka saling bertatap muka.

KAMU SEDANG MEMBACA
The King Of The Dark World
БоевикRashti Queenzia Anderson (20), memilih Berlin sebagai tempat ia merayakan ulang tahun. Bersama dengan seorang temannya, Elsa Emelliene Meyr (21) mengunjungi sebuah bar dan berpesta ria disana. Tetapi siapa yang menyangka bila malam itu adalah awal d...