Rashti POV
Sentuhan, remasan dan cubitan kudapat dari Erwin di bagian kanan payudaraku. Aku menggigit bibirku menahan desahan yang akan keluar. Sementara Erwin masih terus menatapku dengan penuh gairah.
Entah sejak kapan, aku tak menyadari kancing jasku yang telah terbuka menampilkan bagian depan tubuhku dengan sempurna.
Kedua tanganku bahkan terkunci di atas kepala hanya dengan cengkraman dari sebelah tangan Erwin.
Karena Erwin yang menindih tubuhku, dapat kurasakan bagian selangkangannya yang menggembung.
Aku menelan ludahku, aku tau apa yang akan terjadi selanjutnya dan aku tak bisa menolak hal itu.
Kali ini tangan Erwin mulai bergerak turun dan beralih mengelus pahaku. Elusan demi elusan lalu berganti menjadi remasan di bagian pantatku.
"Ahh.. Erwinnhh.." meski berusaha menahan desahan dengan menggigit bibir, pada akhirnya aku pun mendesah.
Sentuhan dari Erwin benar-benar bisa membangkitkan gairahku. Suhu tubuhku melonjak seketika, wajahku terasa panas dan sentuhan demi sentuhan dari Erwin bagaikan aliran listrik yang menyengat namun menggairahkan.
"Sial!" aku mengumpat dalam pikiranku karena tak menyangka aku akan terbuai dengan hal semesum ini.
Penolakan dan niatan untuk melawan pupus seketika. Terlebih ketika tangan Erwin mulai bergerak dari pantatku beralih ke bagian depan, menyentuh bagian terpenting dari seorang wanita.
"Ahh.. Erwinnhh.. jangan.." pintaku tapi justru dibalas dengan senyuman mesum darinya.
"Bukankah kau menyukainya, Rashti?" Erwin berbisik lalu menjilat telingaku.
Rasa geli seketika hinggap di bagian telingaku. Mataku berkedip-kedip menahan nafsu yang seakan hendak meledak. Aku menggeliat tak nyaman, menggunakan tenaga yang tersisa untuk melepaskan diri.
Dan ketika sebelah tanganku terlepas dari cengkeramannya, aku berusaha mendorong Erwin, menggenggam tangannya dan berusaha menyingkirkan tangan itu dari area sensitifku. Tetapi pada akhirnya semuanya gagal.
Hal yang membuatku merasa paling tak nyaman adalah karena kita masih di dalam mobil dan tentunya sopir yang mengendarainya pun pasti mendengar suara percintaan ku. Bagiku, itu sungguh memalukan.
Beberapa menit kemudian, mobil pun berhenti. Erwin terlalu asik menggerayangi tubuhku sehingga sepertinya ia tidak menyadari bahwa mobil telah berhenti.
"E-Erwin, se-sepertinya kita sudah sampai" Erwin tak menggubris perkataan ku dan yang ia lakukan justru membungkam bibirku dengan ciuman.
Erwin baru berhenti dengan permainannya saat pintu mobil di bukakan oleh seseorang dari luar. Erwin pun kembali bangkit, ia tak lagi menindih ku dan menyuruhku untuk ikut turun bersamanya.
Sebelum turun dari mobil, tentunya aku merapikan terlebih dahulu pakaianku dengan mengancingkan kembali jasku.
Erwin pun membawaku turun dari mobil, ia menggandeng tanganku dan membawaku berjalan menuju pintu utama dari mansion besarnya.
"Seperti yang diharapkan dari kediaman seorang mafia" pikirku.
Bodyguard atau bisa dikatakan anak buah Erwin berjejer rapi di setiap sudut mansionnya. Dua orang di sisi kanan dan kiri pintu utama, beberapa orang saat menyambut kita turun, lalu setiap jarak sekitar lima meter pasti ada anak buah yang lainnya.
Ramai. Itulah kesan pertamaku terhadap mansion besar dengan dominasi warna putih klasik bak istana ini. Bukan ramai seperti pasar raya, tetapi jumlah orang yang berjaga teramat banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King Of The Dark World
ActionRashti Queenzia Anderson (20), memilih Berlin sebagai tempat ia merayakan ulang tahun. Bersama dengan seorang temannya, Elsa Emelliene Meyr (21) mengunjungi sebuah bar dan berpesta ria disana. Tetapi siapa yang menyangka bila malam itu adalah awal d...