80. Go Down

3.8K 196 6
                                    

Mulmed >> [ Cast : Miranda Kerr As Licia Paulwell ]

Normal POV

Di sisi yang lain, Rashti terus mengekori Licia dengan berjalan di belakangnya. Licia memandu jalan dengan berada di depan. Mereka kembali ke pintu utama menuju roof top dan kembali ke lantai dimana sebelumnya mereka berada.

Sepanjang jalan, untuk keluar melalui lantai 1, Licia tentunya mendapat banyak hadangan dari pihak musuh.

Licia kerepotan karena juga harus melindungi Rashti yang mana enggan sekali untuk menggunakan pistol yang sudah ia berikan padanya untuk menembak musuh dengan benar.

Rashti bukannya tak mau menembak, masalahnya adalah gadis itu menembak musuh dan dengan sengaja mengenai pundak atau paha agar ia tidak mendapatkan label pembunuh.

Sebagai seorang gadis yang tidak pernah membunuh seumur hidupnya tentu kejadian seperti ini adalah hal yang dianggapnya mengerikan.

Di hadapkan pada kondisi dimana kalau tidak membunuh maka ia yang akan terbunuh. Namun membunuh bukanlah pilihan yang tepat sehingga Rashti mengesampingkan hal itu.

Meskipun tak membunuhnya, setidaknya Rashti membantu dengan melumpuhkan beberapa musuh.

Begitulah kiranya pendapat Rashti, meski menurut Licia itu justru merepotkan karena musuh yang tertembak namun tidak mati masih bangkit lagi untuk menyerang. Alhasil, Licia harus kerja ekstra membunuh musuh tanpa bersisa.

"Licia, peluruku habis lagi" tutur Rashti saat mereka telah dalam perjalanan menuju ke lantai 3.

"Habis?! Kau gunakan untuk apa?! Pelurumu habis tapi tidak ada satupun musuh yang berhasil kau bunuh! Apa gunanya pistol ditanganmu itu" Licia yang sudah kesal pun mau tak mau mengoceh pada Rashti.

Gadis yang ia ketahui memiliki perangai akan membantah itu tentu tak diam mendapatkan ocehan seperti itu. Rashti pun membalas, dengan nada yang tegas dan tinggi ia memberikan penjelasan singkat dan padat bahwa ia tak akan membunuh siapapun.

Licia mulai naik darah lagi,
"Kalau tak ingin membunuh, untuk apa meminta peluru?!" tanyanya dengan nada yang masih kesal.

"Tentu saja sebagai bentuk perlindungan!" Rashti menjawab tak mau kalah.

Malas untuk berdebat lebih panjang lagi, akhirnya Licia menyerahkan satu pack berisi peluru dari pistol yang Rashti gunakan.

Selanjutnya, pada saat mereka telah menuruni anak tangga, Rashti mengisi pelurunya dengan santai sementara Licia merasa was-was sambil menoleh kanan dan kiri untuk memastikan keadaan.

Tepat ketika mereka telah menginjakkan kaki di lantai 3, hujan peluru menyambar keduanya.

Licia dengan sigap menarik lengan Rashti untuk bersembunyi di balik tangga. Area yang pas untuk menghindar sehingga tembakan-tembakan tersebut mengenai tangganya.

Mencari kesempatan yang pas, Licia kemudian keluar dari persembunyian untuk memberikan perlawanan balik. Akan tetapi, musuh telah lebih dahulu berkumpul dan mengepung dengan todongan senapan-senapan mereka.

Licia kembali mundur ke persembunyian. Tidak mungkin keluar di waktu seperti sekarang. Dengan menajamkan Indra pendengarannya, Licia bisa memastikan kalau puluhan orang itu semakin mendekat ke arah tempat ia bersembunyi.

Jika dirinya berhasil terkepung, Licia yakin tak akan memiliki kesempatan melakukan serangan balasan.

Bila Licia seorang diri, mungkin ia masih bisa imbang pertarungan tanpa bersembunyi. Akan tetapi tugas merepotkan Boss-nya untuk melindungi jalangnya bersama dengannya membuat ia sedikit kerepotan.

Namun Licia tak kehabisan akal. Ia masih memiliki amunisi yang pas untuk menumbangkan puluhan musuh tersebut dalam sekejap.

"Dengar! Saat ku bilang lari, maka lari lah searah denganku! Paham?!" seru Licia pada Rashti yang ikut bersembunyi di sampingnya.

"Apa rencanamu? Apa yang mau kau lakukan?" Rashti bertanya karena tak mengerti dengan tingkah Licia yang tergesa-gesa sambil mencari sesuatu di balik bajunya.

Dan ketika Licia sudah mendapatkan apa yang dicarinya, Rashti terkejut hingga ia berkata,
"Kau gila! Kau mau bunuh diri ya?!"

Licia melirik ke arah Rashti dengan malas. Pemikiran yang konyol tentang bunuh diri hanya karena Licia memegang dua granat di tangannya. Namun ya, Licia memaklumi. Gadis di sampingnya ini sangat minim pengetahuan tentang pertarungan antar Mafia.

"Aku akan melempari mereka dengan ini. Efek ledakannya mungkin juga akan berpengaruh pada kita, jadi larilah sejauh mungkin dari lokasi dimana granat ini mendarat" jelas Licia dengan gerakan mulutnya yang cepat untuk menyingkat durasi berbicara.

Rashti pun akhirnya hanya mengangguk paham. Seiring dengan musuh yang semakin mendekat dengan gerakan yang perlahan, Licia segera menarik pin granat tersebut dengan kuat hingga terlepas lalu melemparnya ke arah musuh.

"RUN!!!" Licia berteriak, berbarengan dengan granat yang telah menyentuh lantai di lokasi musuh berada.

Baik Licia, maupun Rashti langsung berlari sekencang mungkin ke arah yang sama. Tujuan mereka adalah sebuah ruangan yang tak jauh dari lokasi saat ini.

BOOOMMM!!

Suara ledakan yang begitu nyaring disertai dengan kejut ledakan dan api yang mengobar. Belum sempat tiba di tempat tujuan yang di maksud, bom telah meledak dan membuat Licia juga Rashti terpental jatuh hingga membentur dinding.

Keduanya berseru sakit, benturan yang lumayan kuat hingga membuat luka memar pada lengan atas dan kepala yang juga membentur lantai setelahnya.

Tak memberi jeda, Licia segera memberikan instruksi untuk segera kembali lari ke tempat tujuan sebelumnya. Rashti dan Licia pun lanjut berlari, sebuah ruangan yang di dobrak paksa pun menjadi tempat persembunyiannya kini.

Knop pintu yang telah rusak setelah dobrakan tak membuat pintu tersebut tertutup rapat sehingga Licia dan Rashti menggotong beberapa barang termasuk kursi di dalam untuk menghambat pintu tersebut.

Licia pun kembali memperhatikan sekitar, granat yang di lemparkannya memberikan efek yang cukup besar dan ia yakin bahwa musuh di luar sana pasti tewas seketika.

"Ayo pergi!" ajak Licia yang berjalan masuk ke area tengah ruangan tersebut.

Rashti hanya mengekor di belakang wanita itu sembari bertanya,
"Kemana?"

"Ini adalah jalan pintas untuk cepat sampai di lantai satu" kata Licia yang sekarang sudah sibuk menarik-narik gorden dengan kasar hingga terlepas.

"Kau yakin ini akan berhasil?" Rashti bertanya lagi.

Dan Licia menjawab dengan tegas,
"Tentu saja!"

"Bagaimana jika di bawah sudah ada pasukan musuh yang menunggu?" tanya Rashti lagi dengan perasaan was-was.

"Itu urusan nanti" santai Licia.

"Ini urusan nyawa bukan urusan nanti" keluh Rashti tapi meski begitu ia tetap bergerak membantu Licia yang sedang sibuk menyambung beberapa gorden hingga memanjang dan dirasa cukup untuk membuat mereka mendarat di tanah.

Selesai dengan ikatan di gorden, selanjutnya Rashti membuka jendela. Mengikat ujung gorden tersebut pada kayu jendela lalu melempar ke bawah ujung yang lainnya.

Setelah dirasa kuat, Rashti yang turun pertama kali. Lalu setelah ia berhasil mendarat dengan aman di bawah, Licia baru mulai menggunakan gorden tersebut untuk membantunya turun.

.
.
.
To Be Continued ~

Karena ganti POV, jadi aku letak di next chapter 😁

Dan next chapter isinya membagongkan menurutku, so langsung scroll ya 😁🤗

The King Of The Dark WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang