52. Dangerous Poison

9.7K 575 80
                                    

Do you miss this story?

Sorry for late update 🙏

And, enjoy the story guys 🤗 🥰

Normal POV

Rashti menyelesaikan acara makannya. Ia bergeser secara perlahan dari duduk bersandarnya ke samping tempat tidur dengan posisi kaki menjuntai ke bawah.

Segera Rashti letakkan nampan berisi piring kotornya di meja yang letaknya tepat di samping tempat tidurnya.

Kondisinya benar-benar buruk setelah dari sore hingga dini hari ia diterjang oleh Erwin di ranjang. Permainan Erwin yang sangat hebat membuat dirinya sakit pinggang hingga rasanya seperti mau patah ketika dipaksa untuk berjalan.

Alhasil, dirinya mengeluh sakit sedari bangun tidur. Beruntungnya, Erwin masih berada di sampingnya ketika ia terbangun sehingga Rashti bisa mengeluarkan segala sumpah serapah serta keluh kesahnya pada pria itu.

Melihat Rashti yang sepertinya benar-benar tersiksa karena tak bisa berjalan, Erwin pun memerintahkan seorang maid yang ditugaskan secara khusus untuk melayani Rashti seharian.

Dan karena maid tersebut sedang ada urusan, jadilah Rashti makan seorang diri dan meletakkan nampannya di meja sampai maid itu datang lagi untuk mengemasi.

Rashti pun kemudian melirik ke botol obat yang diberikan oleh Licia. Meski bentuk dan bungkus dari obat tersebut berbeda, Rashti yakin jika tidak ada yang salah dengan obat itu. Lagipula tidak ada alasan bagi Anneth untuk berbuat buruk padanya.

Rashti pun kemudian mengambil satu kapsul dari botol dengan penutup biru dan satu lagi dari botol dengan penutup merah. Ia memasukkan kedua obat itu secara langsung ke dalam mulutnya, menahannya di bagian lidah lalu mengambil air dan menenggaknya hingga kedua obat di mulutnya bisa ditelan dengan mudah.

"Sebaiknya aku berbaring saja. Pinggangku sakit sekali" Rashti bergumam.

Sekali lagi, ia kembali pada posisi awalnya. Duduk di atas tempat tidur dengan bersandar pada bagian kepala tempat tidur dan punggung yang dialasi dengan bantal empuk.

Satu hal yang Rashti lupakan, menghubungi maid pribadinya. Setelah ingat, Rashti mengulurkan tangan dan meraih telpon rumah yang ada di atas meja. Ia menekan satu tombol saja lalu menempelkan gagang telpon di telinganya.

"Bisakah kau membawa susu coklat hangat kemari?" Rashti bertanya tanpa basa-basi begitu telpon telah tersambung.

"Tentu saja, Nona. Mohon tunggu sebentar" Rashti menutup sambungan ketika telah mendapat jawaban pasti dari maid-nya.

Setelah meletakkan gagang telpon pada tempat seharusnya, ia kembali bersandar di bantal empuknya. Rashti meregangkan tubuhnya sesaat dengan menggeliat.

Senyumannya mengembang merasakan udara yang sejuk dan memejamkan mata meskipun tidak berniat tidur.

Tetapi hanya berselang beberapa detik, senyumannya pudar tergantikan oleh ekspresi bingung dan kesakitan. Suasana santainya terganggu oleh sakit perut yang menyerang secara tiba-tiba.

"Akh.. s-sakit.." Rashti mengeluh sambil memegangi perutnya.

Tangannya bergerak dengan sendirinya untuk meremat perutnya yang rasa sakitnya semakin luar biasa. Benar-benar sakit hingga Rashti meneteskan air mata.

Tidak hanya sakit perut, kepalanya juga terasa berat dan pening. Pandangan Rashti mengabur dengan tingkat pendengaran yang semakin menurun.

"Apa yang terjadi padaku?" Rashti bertanya-tanya dengan panik.

The King Of The Dark WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang