88. The Answer

6.6K 282 60
                                    

Hai, lama tidak berjumpa dengan Erwin X Rashti ಥ‿ಥ

Salam rindu ~
Dan, selamat membaca ~

Rashti POV

Aku tidak salah dengar, kan? Pernyataan Erwin membuatku tergugu. Mulutku menganga dengan bibir yang bergetar.

"Aku mencintaimu, Rashti."

Ucapan itu masih terus saja terngiang dalam benakku. Jantungku berdegup dengan lebih kencang, juga wajah yang semakin memanas seiring dengan suhu tubuh yang juga semakin meningkat. Otakku kembali berkelana, mengingat moment ketika Licia berada di ujung nafasnya. Wanita itu juga mengatakan hal yang sama tentang Erwin. Tentang bagaimana pria yang kini menatap serius di hadapanku memiliki perasaan cinta untukku.

Aku menggeleng dengan kuat. Masih sedikit tidak percaya dengan keajaiban yang terjadi. Pria yang notabenenya adalah Boss Mafia paling kejam seantero benua baru saja mengungkapkan perasaan cinta. Terlebih itu adalah padaku, seorang gadis yang kupikir hanya akan menjadi budak seks untuknya sepanjang hidup.

Mataku memanas, rasanya seperti berembun karena pandanganku yang semakin memudar. Genangan air yang menumpuk di sana membuatku tak bisa melihat dengan jelas. Lalu, ketika aku berkedip, genangan air mata itu turun dengan deras. Sial, aku menangis hingga terisak.

"K-kau tidak boleh jatuh cinta padaku. Kau tidak boleh mencintaiku, Erwin!" seruku membuat pria yang tadinya menatapku penuh harap menjadi terkejut dengan tanggapan yang kuberikan.

"Kenapa? Kenapa kau berbicara seperti itu, Rashti?!" tanyanya dengan nada yang meninggi.

Jujur, perasaan bersalah yang ada dalam hatiku belum sepenuhnya hilang. Kalau saja Erwin mengetahui segala hal tentang apa yang kuperbuat, bisa jadi ia tidak akan mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya. Alih-alih mencintai, mungkin bisa saja Erwin jadi membenci.

"Kau tidak akan mencintaiku jika tahu apa yang aku lakukan." Aku berkata dan lanjut menangis.

Erwin tidak menanggapi apapun dengan perkataanku barusan. Ia hanya semakin mendekat, menyejajarkan wajahnya di depanku dengan bertumpu pada lutut. Ia menarik tubuhku yang sedang duduk di kursi ke dalam pelukan.

Rasanya, mengapa bisa senyaman ini berada di pelukannya?

Perasaan nyaman yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya atau bisa aku dapatkan dari orang lain. Tentu saja, sejauh aku hidup hingga pada detik ini, hanya Erwin pria pertama yang memberi pelukan hangat dan lembut. Tetapi, ia juga pria pertama yang memberikan rasa sakit tiada duanya.

Erwin, bisa dibilang dia adalah pria yang menimbulkan kesan begitu besar dalam hidupku. Rasa takut yang teramat pada kematian, rasa takut pada setiap pengkhianatan, dan rasa takut pada setiap ancaman. Erwin membuatku merasakan berbagai jenis ketakutan.

Lalu, Erwin juga membuatku mencicipi apa yang namanya kepedihan. Pedih pada setiap perkataannya yang menusuk, atau tatapannya yang mematikan, serta segala ancaman darinya yang terus menjadi kenyataan. Oh, tak lupa juga kepedihan berupa siksaan yang selalu ia torehkan padaku selama ini.

Tetapi, dibalik kepedihan juga ada yang namanya kemanisan. Bolehkah aku katakan jika kepedihan itu membawa kenikmatan? Tak bisa kupungkuri jika gaya bercinta Erwin menyakitkan, namun berkesan.

Erwin juga menjadi pria pertama yang memberi berbagai rasa yang bisa membuat jantung seolah ingin melompat dari tempatnya. Sama seperti yang ia lakukan saat ini, pelukan hangat, usapan lembut, senyuman manis dan bisikan yang menenangkan. Pria ini, paket komplit yang bisa membuatku merasakan berbagai rasa yang ada dalam dunia percintaan.

The King Of The Dark WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang