Kini Rayhan dan Daru berada di rumah sakit langganan keluarga Pratama, mereka berdua memasuki ruangan dokter spesialis jantung. Sejak dulu memang Daru memiliki penyakit ini, tapi tidak separah sekarang.
"Gimana ya dok keadaan papa saya?" tanya Rayhan.
"Pak daru gak pernah minum obat resep dari saya, ya?" tanya Dokter itu heran, karena setiap Daru pergi berobat pasti selalu diberikan resep obat.
"Papa saya sering minum obat dari Dokter, bahkan sesuai sama jam kapan obatnya diminum." jawab Rayhan.
"Begitu ya? seharusnya jantung pak Daru jauh lebih membaik sekarang." ujar Dokter itu yang ikut bingung.
Dokter itu menuliskan resep obat yang berbeda dari sebelumnya, kemudian memberikan itu ke Rayhan.
"Nanti obat nya ditebus, minum nya 2 kali sehari sehabis makan, ya." Dokter itu memberi tahu.
"Baik Dok, terima kasih." ucap Rayhan.
Saat berada di parkiran terdapat Nanang selaku supir Daru yang kerja selama bertahun tahun, Ia sangat dekat dengan Malik. Sangat dekat.
"Aden Malik harus tau ini" ucap Nanang sembari mengambil ponselnya.
Nanang
"Siang Aden Malik, bapak mau ketemu hari ini bisa?Lelaki tua itu mengirim pesan seperti itu, sangat jarang Nanang bertemu dengan Malik. Mereka hanya saling berhubungan lewat ponsel saja.
🐳🐳🐳
Mood Malik sedang tidak baik baik saja, ia sangat marah, kecewa, sedih karena emosinya yang tadi tidak terkontrol saat menghadapi Anara. Jelas ada rasa penyesalan yang kini Malik rasakan.
Lelaki itu berada di lantai atas dan berada disalah satu ruangan yang berisikan ruangan pribadi Malik. Malik hanya memakai baju ketekan, ditambah celana pendek terus menerus memukuli samsak yang ada di hadapannya. Mungkin ini yang bisa ia lakukan saat ini, meluapkan emosinya dengan cara memukul samsak.
"MALIK LO TOLOL BANGET ANJINGG!" Malik berteriak sembari meninju samsak itu berkali kali.
"KENAPA LO BILANG CAPEK JUGAA?! KENAPA BRENGSEK?!" suara itu semakin besar, tapi untung saja ruangan itu kedap suara.
Bukan keinginannya seperti ini, rasa emosinya tadi justru membuat hubungan Malik dan Anara harus seperti ini. Malik sangat butuh gadis itu, Malik butuh perempuannya.
Seketika Malik terhenti dan memeluk samsak itu. Fisiknya terasa sangat letih dan batinnya terasa pedih.
"Maaf Anara, maaf.." suara lirih itu keluar dari mulut Malik.
Seketika ponsel Malik berdering kencang, berharap itu panggilan dari Anara ternyata bukan, melainkan Indy yang menelfonnya.
"Apa?"
"Kenapa buat Anara nangis, kalian kenapa?"
Sudah Malik duga pasti Indy akan menghubunginya dan mengatakan hal seperti ini.
"Lo lagi sama Anara?"
"Enggak, tadi dia pulang sendirian sambil nangis nangis gitu. Jahat lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Derana [ END ]
Teen Fiction-DISARANKAN UNTUK FOLLOW AKUN INI SEBELUM MEMBACA- "Apa iya ini semua sia sia? apa iya hubungan ini cuma menunda perpisahan? -Anara. Perbedaan keyakinan yang membuat mereka berjarak sangat jauh. Selain permasalahan cinta yang tak kunjung usai, Mal...