-LIMA BELAS

155 57 13
                                    

Berkali kali Malik mencoba menghubungi Daru, tapi ponselnya sama sekali tidak aktif, bahkan Malik juga mengirim pesan teks ke Daru dan tidak juga mendapatkan balasan apapun.

Tak ada pilihan lain, Malik langsung pergi dengan mobil Lisa mengarah rumah Daru. Rasanya enggan untuk menginjak rumah itu, tapi ini demi Rasya. Malik tidak bisa menolak permintaan dari sang adik.

Malik
"Anak kamu dirawat, tolong jenguk Rasya."

Pesan terakhir itu yang Malik kirim, tapi sampai saat ini belum ada jawaban dari Daru.

Jarak rumah sakit ke rumah Daru tidak begitu jauh. Kini Malik sudah memasuki komplek perumahan Daru, sekilas dari kejauhan ia melihat mobil Rayhan yang ingin keluar dan di saat itu juga Malik menghalangi jalan menggunakan motornya agar Rayhan terhenti.

"Ngapain hah?!" Rayhan marah marah saat keluar dari mobilnya.

"Orang miskin kayak lo gak pantas masuk pekarangan nih komplek!" Malik  mencoba menahan amarahnya lagi dan lagi. Sebenarnya tidak ingin mencari gara gara, tapi ucapan Rayhan membuat emosinya meningkat.

"Gue cuma mau ketemu ayah." ucap Malik dengan tatapan datarnya.

"Gak ada." jawab Rayhan cepat.

"Gue harus percaya sama lo?" tanya Malik, perdebatan keduanya pun dimulai.

"Lo anak macam apa sih?" tanya Rayhan.

"Keadaan papa makin lemah dan sekarang baru lo cariin? lo telat." ucap Rayhan terus menatap Malik.

"Buat apa gue kesini, kalau udah ada lo yang menjelma kayak anak kandung? buat apa coba gue tanya?!" jawab Malik penuh gertakan.

"Lo berhasil Ray, lo berhasil nepis gue dan lo sama nyokap lo berhasil ngerebut semuanya."

"Termasuk kebahagiaan gue."

Tidak ada jawaban.

"Dari kapan ayah pergi? dia kemana?" tanya Malik tanpa ia sadari masih ada rasa kepeduliaan pada sang ayah.

"Papa ke Dubai, berobat di sana." jawab Rayhan.

"Oke thanks, terus bersikap layaknya seorang anak kandung." Malik menepuk pelan pundak Rayhan dan memberikan ucapan agak menyakitkan seperti itu lalu pergi meninggalkannya.

🐳🐳🐳

Setelah menemani Gino akhirnya Anara mampir untuk menjenguk Rasya di rumah sakit, tak lupa Anara membawa buah tangan dan satu mobil mainan bewarna merah untuk jagoan kecil itu.

"Bunda capek, ya?" tanya Anara, sedari tadi dia melihat Lisa bersender di sofa dengan wajah letihnya.

"Enggak kok sayang." jawab Lisa dengan senyumnya mengartikan, kalau ia tidak apa apa.

"Nara sini bunda mau bicara." Lisa menepuk sofa di sebelahnya yang kosong lalu menyuruh Anara untuk duduk di sampingnya.

"Iya kenapa bun?" Anara kini telah duduk di samping Lisa, tampak seperti seorang bunda dan anak perempuannya.

"Makasih ya sayang..." ucap Lisa sembari menghelus surai yang dimiliki gadis itu, kemudian Lisa menyisipkannya ke belakang telinga Anara.

Sang Derana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang