- DUA PULUH SATU

146 54 10
                                    

"Mama ngapain?" mendengar suara itu, membuat Fanisa menghentikan aktivitasnya.

"Jangan bilang, kalau mama mau lakuin rencana itu sekarang?" wajah Rayhan terlihat panik, sedangkan Fanisa? jelas tidak, wanita paruh baya itu terlihat biasa saja.

"Iya, mama sama papa lagi lakuin itu. Kamu kuliah aja yang bener, jangan ikut campur di sini." Fanisa fokus mengganti obat dari dokter dengan serbuk yang entah apa gunanya.

"Mama yakin?" Rayhan masih terlihat kurang yakin, ada perasaan iba juga ke Daru.

"Kalau kamu kasihan mending ikut sama Malik, ikut sama keluarganya sana." usir Fanisa begitu saja.

Ternyata sikap Fanisa sama seperti Haris, mereka berdua adalah manusia berdarah dingin dan gampang mengubah sikap menjadi orang baik seakan akan tidak ada sisi kriminal di dalam diri mereka.

"Ray harus bantu apa kalau gitu?" tanya Rayhan. Lelaki itu juga ikut andil dalam misi ini.

"Kamu harus ngomong ke Daru, kalau kamu mau jadi direktur di perusahaannya buat dia yakin, kalau kamu bisa pegang kendali perusahaannya itu dan jangan lupa 60% saham yang ada di hotel Elled diubah jadi atas nama kamu."

"Oke, Ray bakalan bantu papa sama mama." akhirnya Rayhan ikut ke dalam rencana yang akan di jalankan oleh Fanisa dan Haris.

🐳🐳🐳

Siang ini ruang inap Malik sudah ramai disinggahi Vedro, Fathur, Anara dan Indy. Semua berkumpul di sana bercerita dan tertawa bersama.

"Ketua ZEUS bisa dirawat juga ternyata." ledek Fathur pada Malik.

"Cowok lo bisa sakit juga ye, Ra." celetuk Vedro.

Anara hanya terkekeh.

"Lo kira gue apa? ultramen?" tanya Malik.

"Eh bentar deh..." Indy memotong pembicaraan mereka.

"Apa?" tanya Anara bingung.

"Kalian kok bertiga aja? biasanya kayak nasi paket, lengkap alias gak ada yang kepisah" Indy baru menyadari, kalau Bagas tidak ada disini.

"Harusnya lo yang nanya tuh ke Nara. Kan semaleman mereka berdua jagain Malik" balas Vedro yang kini melirik ke arah Anara.

"Gue gak tauu, pas gue bangun tiba tiba udah ilang aja anaknya." jawab Anara bingung.

"Bagas sama Anara? berduaan?!" Fathur mulai heboh, sesekali Fathur melirik ke Malik yang membuat Anara dan Indy heran.

Dari jauh Malik memberikan isyarat, menyuruh Fathur untuk tidak melanjutkan topik ini. Malik hanya memberikan tatapan ganasnya pada Fathur.

"Emang kenapa kalau berduaan?" tanya Indy penasaran.

"Ya.... Ya gapapa sih.. Maksud gue kayak kurang klop aja, kalau gue gak ikut semalem." Fathur mencari beribu alasan bukan saatnya Anara tau, kalau Bagas menyukainya.

Indy hanya menganggukan kepalanya, gadis itu tidak begitu mempedulikannya.

"Oh iya Lik gue hampir lupa. Kemarin gue sempet lacak nomer orang aneh itu, tapi nomernya sama sekali gak bisa di lacak. Dia pinter dah kayaknya." ucap Vedro memberi sedikit informasi.

"Iya, dia juga kemarin hubungin gue pakai nomer lain." Malik sadar jika lawannya kini memiliki akal yang sangar cerdas.

"Gue mau kasih tau sesuatu. " Anara angkat bicara.

"Apa?" tanya Fathur.

"Sebentar..." Anara mengeluarkan ponsel nya dan ia mengetik sesuatu untuk di beritahukan ke semua yang ada di ruangan ini.

Sang Derana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang