-DELAPAN

177 63 28
                                    

Malik
"Lagi di gereja ya?"

Anara
"Iya, tapi sebentar lagi kelar kok. Kenapa Malik?"

Malik
"Bisa kerumah gak? temenin gue buat beli belanja bulanan."

Anara
"Bisa kok nanti aku ke rumah kamu."

Anara
"See u❤"

"Bunda." panggil Malik sambil melihat list belanjaan yang berada ditangannya.

"Ada apa bang?" tanya wanita paruh baya itu sembari menyuapkan Rasya sesendok buah yang sudah ia potong potong.

"Ini serius gak ada yang ketinggalan kan bun?" Malik mencoba mengingatkan Lisa akan belanjaannya.

"Gak ada abang tadi malam udah bunda cek kok, gak mungkin ada yang ketinggalan." jawab Lisa pasti.

"Abang mau kemana?" tanya Rasya tidak begitu jelas sebab ada buah yang masih terisi di dalam mulutnya.

Malik menghampiri jagoan kecilnya itu yang duduk di tangga bersama Lisa.

"Kalau mau ngomong yang di sini harus dikunyah dulu." Malik menyentuh bibir mungil milik Rasya, lelaki itu benar benar mencontohkan sikap yang baik ke adik kecilnya.

Lisa tersenyum melihat anak sulungnya yang kini sudah dewasa bahkan bisa membimbing Rasya dari hal kecil seperti ini, wanita itu sangat bangga memiliki kedua anak jagoannya.

"Kunyah dulu kunyah." titah Malik yang terus menatap Rasya.

Rasya kesulitan mengunyah potongan buah apel yang masuk ke dalam mulutnya, tampak menggemaskan dan membuat senyum Malik terukir.

"Udah ini abang.." jawabnya polos.

"Yaudah kalau udah, besok besok gak boleh gitu. Harus di kunyah sampai habis terus baru boleh ngomong." balasan dari Malik sembari mengusap puncak kepala Rasya.

"Aca mau ikut, ya?" pinta anak kecil itu.

"Boleh ya abang..." dan terus meminta.

"Iya boleh, nanti kita pergi sama kak Nara" jawab Malik dengan senyumnya.

"YEEEESSSS KETEMU KANAY!!!" sontak Rasya berdiri dan berjoget, karena sudah belakangan hari ini tidak bertemu dengan Anara, akhirnya rindunya sudah terobati.

"Kok Kanay?" tanya Lisa bingung.

"Iya Kanay.. Kanay itu kak Naya, bundaa!!" Rasya pun menjelaskan apa itu kesingkatan dari Kanay yang ia buat.

"Jadi Aca panggil kak Nara pakai nama panggilan ya?" tanya Lisa sambil menggendong Rasya dan duduk di pangkuannya.

"Iya, cantikkan bun?" tanya jagoan kecil itu.

"Cantik banget, kan pacar abang." celetuk Malik dengan kekehannya.

"Bun itu kok abang ada pacar? Aca boleh juga nggaa?" Rasya sangat polos dan meminta hal itu seperti meminta satu tangkai permen. Sontak membuat Lisa dan Malik tertawa.

"Gak boleh!" jawab Lisa dengan halus.

"Kamu masih kecil, gak boleh." Malik memencet hidung Rasya pelan dengan telunjuk dan jari tengahnya.

Sang Derana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang