- TIGA PULUH

117 51 24
                                    

Sebelum pergi menemui Rian, Malik pergi ke rumah sakit terlebih dahulu untuk memantau bagaimana perkembangan Nanang di rumah sakit. Sudah 2 minggu Nanang tertidur lemah di dalam ruang ICU.

Dokter mengatakan jika Nanang koma.

"Ra, gue mau ke toilet dulu." ujar Malik.

"Yaudah, aku duluan aja ya ke ruangan pak Nanang." ucap Anara sambil menenteng map soal soal ujian.

"Gapapa sendiri?" tanya Malik meyakinkan.

"Aku udah besar, aman pak boss." Anara meyakinkan kekasihnya itu.

Selepas itu Malik dan Anara berpisah jalan, Anara berjalan melangkahkan kedua kakinya mengarah ke ruang ICU sendirian. Setibanya di depan ruang ICU, seketika Anara ditegur oleh perawat di sana.

"Mbak maaf jangan terlalu ramai masuk ya, kasihan pasien." tegur perawat yang baru saja keluar dari ruang ICU.

Anara dibuat heran, siapa penjenguk di dalam? setahu dirinya Nanang hidup sendiri di kota besar seperti ini, sedangkan keluarganya menetap di kampung halaman.

"Siapa ya sus?" tanya Anara.

"Keluarga pasien." jawab perawat itu begitu saja lalu pergi meninggalkan Anara.

Bingung, Anara dibuat bergumam.

"Loh kenapa gak masuk?" tanya Malik, suara itu membuat Anara tersadar.

"Katanya perawat gak bisa masuk." jawab Anara.

"Loh? ada apa?" tanya Malik heran.

"Ada keluarga pak Nanang katanya." jawab Anara.

Malik juga dibuat heran dan bingung.

Kemudian mereka berdua memutuskan untuk masuk dan melihat siapa yang ada di dalam.

Kedua bola mata Malik membulat saat melihat dua insan di dalam ruangan tersebut sedang mengotak atik alat alat rumah sakit.

"Lo berdua ngapain?!" suara Malik mengeras.

Kedua insan itu langsung terkejut dan menghentikan aksinya.

Malik melihat jelas, kalau Fanisa dan Rayhan ingin mencelakai Nanang dengan cara yang disengaja. Bukan hanya Malik, melainkan Anara juga melihat hal yang sama. Gadis itu terdiam dan menatap tajam ke arah Fanisa dan Rayhan.

"Lo berdua mau apain pak Nanang?!" emosi Malik benar benar diuji.

"Malik tahan emosi kamu." bisik Anara, kemudian gadis itu meraih tangan Malik. Tidak ingin melihat kekasihnya membuat keributan di sini.

"Kalian berdua mau buat pak Nanang makin kritis, iya?!" gertak Malik. Lelaki itu mengencangkan nada bicaranya.

"Gue cuma perbaiki kabel alat rumah sakitnya, pikiran lo terlalu negatif." Rayhan angkat bicara.

Malik tersenyum hambar mengarah ke ibu dan anak yang berada di hadapannyam

"Alasan lo klasik banget, Ray!"

"Gue tanya sekali lagi, rencana lo berdua kali ini apa?" tanya Malik yang terus menatap Rayhan dan Fanisa dengan tajam.

"Malik sabar...." bisik Anara.

"Lo gak bisa suruh gue sabar, Ra! gue udah cukup sabar selama ini" tanpa disadari Malik mengeraskan nada bicaranya ke Anara.

"Malik... Mama gak ada niatan untuk celakain atau buat keadaan pak Nanang semakin parah. " ujar Fanisa. Wanita itu sangat jago memainkan drama.

"Percaya ya sama mama?" tambah Fanisa.

"Saya percaya sama wanita jalang kayak kamu? enggak akan!" balas Malik tanpa ada rasa takut.

Sang Derana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang