Extrapart II

128 58 31
                                    

Sudah lebih dari 5 tahun Malik sama sekali tidak melihat Rayhan, Fanisa dan Haris. Lelaki itu masih mempunyai rasa takut dan rasa trauma untuk bertemu ketiga penjahat itu, tapi saat ini Malik berniat menjenguk Rayhan di Rutan.

Malik membuang jauh jauh perasaan takut, marah dan kepedihan yang masih membekas pada dirinya. Tapi lelaki itu hanya bisa mengunjungi Rayhan di sana, keberanian untuk bertemu Fanisa dan Haris sangatlah kecil.

"Apa kabar?"

Kini Malik sudah berhadapan dengan Rayhan yang dibatasi oleh pembatas. Rayhan terlihat sangat kurus, tidak terbentuk, wajahnya kusut ditambah kumis dan jenggot yang belum ia cukur.

Nasib Rayhan yang malang harus menghabiskan masa mudanya di Rutan.

"Malik?" Rayhan dibuat terbelalak melihat Malik yang kini berubah drastis.

"Iya ini gue, lo apa kabar?" tanya Malik sekali lagi.

"Baik." jawab Rayhan dengan senyumnya.

"Kenapa baru sekarang lo temuin gue? selama ini gue tersiksa sama rasa bersalah, gue dihantui, Lik." Rayhan mendudukan kepalanya, lelaki itu tidak mampu melihat Malik yang kini duduk di hadapannya.

Dan di saat itu juga Rayhan menangis.

"Lik, gue minta maaf.." ucap Rayhan. Lelaki itu mengangkat kepalanya, menatap netra milik Malik dengan tatapan penuh penyesalan.

"Gue udah jahat sama keluarga lo, gue minta maaf udah buat lo menjauh dari ayah."

"Mungkin ucapan maaf gue gak akan bisa obatin semua rasa sakit lo selama ini, tapi cuma itu yang bisa gue lakuin sekarang. Gue selalu dihantui rasa bersalah akan meninggalnya ayah, lo selalu dianggep remeh sama ayah dan itu semua kar-" Rayhan tidak bisa melanjutkan perkataannya, isak tangis lelaki itu semakin menjadi jadi.

"Bang, gue udah ikhlas. Gue maafin semua kesalahan lo, nyokap lo sama bokap lo." balas Malik.

"Maaf selama ini lo nunggu gue di sini."

"Lo manggil gue abang? lo anggep gue abang lo?" Rayhan tersentak kaget.

"Lo abang gue, karena lo anak ayah juga." jawab Malik dengan senyum simpul yang ia ukir di bibirnya.

"Lo harus berubah jadi Rayhan versi baik, ya? jangan pernah buat kesalahan yang sama, apalagi nimbulin rasa trauma untuk orang lain." pesan Malik.

"Terima kasih, Lik.. Makasih udah mau maafin kesalahan gue sama keluarga gue." ucap Rayhan, perasaannya menjadi haru.

"Nanti kalau di dalem ketemu bokap lo, gue titip salam ya." ujar Malik.

"Maaf, untuk sekarang gue belum bisa nemuin orang tua lo." tambah Malik dengan ekspresi sedih sebab belum bisa sepenuhnya berdamai akan masa lalu.

"Gue paham kok, gapapa Lik." balas Rayhan.

"Lo kesini sendiri aja? Anara mana?" tanya Rayhan.

Malik hanya memberikan senyum hambar.

"Gue udah gak sama Nara, sekarang dia udah punya keluarga sendiri." jawab Malik, membuat mata Rayhan terbelalak kaget.

"Astaga.. Lo gapapa kan?" terlihat jika Rayhan mengkhawatirkan perasaan Malik.

"Munafik kalau gue bilang gapapa, berasa mau mati asal lo tau!" balas Malik dengan kekehannya.

"Tapi sekarang udah jauh lebih baik." tambah Malik.

"Ternyata luka lo sebanyak itu ya, Lik? abang minta maaf ya, dek." batin Rayhan.

*******

Tak ada waktu yang terlewat untuk Malik mengunjungi tempat peristirahatan sang ayah. Setiap hari libur kerja, Malik selalu menghampiri makam Daru dan sedikit bercerita tentang hari yang ia lewati saat itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang Derana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang