Semuanya sudah mengumpul di cafe yang sudah Vedro siapkan, tapi hanya saja di sana kurang Anara. Anara yang akan di tanyai keterangan oleh Ryan justru tidak hadir hari ini.
Sesekali Indy mencolek Malik dan membisikan di mana keberadaan Anara, tapi Malik tidak menjawab. Ekspresi wajahnya menjadi datar, dingin dan bahkan Bagas, Vedro dan Fathur peka terhadap sikap Malik saat ini.
"Nara mana?" tanya Vedro yang celingak celinguk mencari Anara.
"Gimana kalau kita mulai aja om? saya Malik." Malik mengabaikan pertanyaan Vedro.
"Kamu sendiri aja? katanya ada perempuan satu lagi." tanya Rian, ayah dari Vedro.
"Dia lagi sibuk sama pacarnya biasalah om, anak muda" ujar Malik, membuat semuanya melirik ke arahnya serta melempar tatapan bingung setelah mendengar ucapan Malik barusan.
"Duhh anak muda ya.." ujar Rian sembari menggelengkan kepalanya.
"Saya kemarin udah coba lacak plat nomer mobil yang sempat mengejar Vedro, Anara dan bahkan kamu." Rian mengeluarkan map yang berisikan keterangan keterangan penting.
"Sepertinya mobil yang dipakai adalah mobil kantor." Rian juga memberitahu beberapa foto yang ia ambil secara diam diam.
Malik hanya mengamati dan terus menatap foto itu dengan teliti dan seksama.
"Ini kantor bokap lo kan?" Bagas ikut mengamati secara teliti.
Benar saja, latar dari foto itu adalah lobby di perusahaan Daru. Dahi Malik menyerngit, ia bingung dengan semuanya. Kenapa orang sejahat dan memiliki catatan kriminal bisa keluar masuk di kantor ayahnya.
"Kok bisa ya buronan kayak dia masuk ke perusahaan bokap lo?" tanya Fathur heran.
"Maaf ya Lik, tapi menurut gue... Bokap lo?.." Indy menggantung kalimat bicaranya.
"Maksud gue, dalang dari semuanya itu bokap lo?" Indy angkat bicara, gadis itu berhati hati dalam berbicara.
Malik menggelengkan kepalanya seakan tidak percaya.
Malik sangat paham bagaimana Daru, lelaki tua itu lebih mementingkan image nya dan tidak akan mungkin melakukan hal sebodoh itu, apalagi tindakannya dapat merusak nama dan perusahaannya.
"Gak mungkin, Ndy" jawab Malik.
"Kemarin om jam berapa datang ke kantor ayah saya?" tanya Malik.
"Sekitar jam 2 siang." jawab Rian.
Malik menganggukan kepalanya pertanda mengerti.
"Oh iya saya hampir lupa, 4 hari kemarin ada orang yang kirim paket ke rumah." Malik membuka tasnya, mencari barang yang ia maksud.
"Ini." langsung Malik mengeluarkan foto yang berlumuran darah palsu dan serpihan robot yang rusak itu.
Rian langsung mengambil dan melihat foto foto itu, merasa ada sedikit yang mengganjal.
"Robot rusak ini apa?" tanya Rian bingung.
"Ini mainan saya pas masih kecil, om." jawab Malik."Semua ini ada di rumah ayah, kecuali foto saya dan Anara"
Rian hanya menganggukan kepalanya.
"Foto ini dan mainan ini barang lama.." Rian mengambil foto keluarga Daru bersama Lisa dan robot bewarna merah itu.
"Bisa jadi orang itu ayah kamu, Malik. Saya tidak tau apakah ini benar atau tidak, tapi kita masukan dia sebagai tersangka dulu" ujar Rian serius.
"Jadi di kasus ini saya melibatkan dua orang sekaligus, tapi saya coba menelusurinya dulu. It's ok, Malik" Rian mengumpulkan barang yang Malik tadi bawa sembari menepuk pundak Malik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Derana [ END ]
Teen Fiction-DISARANKAN UNTUK FOLLOW AKUN INI SEBELUM MEMBACA- "Apa iya ini semua sia sia? apa iya hubungan ini cuma menunda perpisahan? -Anara. Perbedaan keyakinan yang membuat mereka berjarak sangat jauh. Selain permasalahan cinta yang tak kunjung usai, Mal...