- DUA PULUH DUA

129 54 11
                                    

Siang ini Anara berencana untuk menjenguk Malik di rumah sakit. Gadis itu sangat merindukan dunianya. Tidak sendiri, Anara juga ditemani Vedro.

Panggilan masuk Malik...

Baru saja bersiap ingin untuk menaiki sepeda motornya, tiba tiba Malik menelfon Vedro.

"Aman wehh, ini Nara sama gue."

"Oke thanks, Dro."

"Gue mau ketemu lo, di rumah ya soalnya gue tadi pagi udah dibolehin pulang"

"Puji Tuhan, bagus dah.. Yaudah gue sama Nara kesana."

"Hati hati bawa cewek gue, jangan sampai lecet."

"Iyee Tuan muda."

Telfon itu pun terputus.

"Kenapa?" tanya Anara.

"Ini si Malik udah pulang tadi pagi." jawab Vedro sambil memberikan helm untuk Anara.

"Puji Tuhan, yaudah ayo deh ke rumah nya." ajak Anara. Gadis itu terlihat sangat bersemangat.

Mereka berdua keluar dari pekarangan sekolah, kemudian Vedro mengarahkan sepeda motornya menuju rumah Malik. Karena keduanya tidak ada yang berbicara, jadi Vedro memulai membuka topik pembicaraan.

"Malik gak ada cerita, Ra?" tanya Vedro sembari fokus menyetir.

"Cerita? cerita apa?" tanya Anara bingung.

"Tentang kita." jawaban Vedro agak ambigu,membuat Anara semakin bingung.

"EH BEGO SALAHHH, MAKSUDNYA TENTANG KITA BEREMPAT" ralat Vedro dengan mengencangkan nada bicaranya.

"Enggak sih, emang kalian kenapa?" Anara semakin kepo.

"Gak kenapa kenapa sih, ya kali aja Malik ada cerita sesuatu.. " balas Vedro.

Sampai sini ia paham, kalau Anara belum mengetahui masalah di antara mereka berempat. Vedro ingin sekali rasanya menceritakan semua ke Anara, tapi ia belum mau mati muda ditangan Malik.

Kembali hening.

Sesekali Vedro melihat kaca spionnya, saat mereka keluar pintu gerbang sekolah ternyata ada mobil hitam mewah yang mengikuti mereka se-daritadi. Vedro menandainya, karena plat dan warna mobil sangat mirip bahkan sama seperti mobil yang mengikuti Malik waktu itu.

"Sialan plat nomer itu?... ANJING!!" seketika Vedro memekik.

"Hah?? apa?!" tanya Anara. Gadis itu dibuat bingung.

"Pegangan Ra!" titah Vedro.

"Hah!?"

"Jangan mikir yang aneh aneh, kita diikutin dari belakang!" teriak Vedro.

Anara pun langsung menolehkan kepalanya ke belakang, mengecek apakah benar atau tidak ucapan Vedro barusan dan ternyata benar saja, ada satu mobil yang kini mengejar mereka berdua.

"Pegang tas gue aja, kalau lo gak mau pegang pinggang." titah Vedro mengencangkan suaranya.

Kemudian Vedro langsung menambah kecepatan saat berkendara, lebih bahaya dibanding Malik. Jantung Anara dibuat naik turun oleh lelaki itu dan Anara yang berada diboncengan hanya bisa pasrah, memejamkan kedua matanya sambil memegang erat jaket yang Vedro kenakan.

Sang Derana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang