-DUA BELAS

163 59 23
                                    

Kepala Malik terasa sangat pening untuk membuka mata saja rasanya tidak sanggup, bahkan bau alkohol bekas semalam masih mengerubungi tubuhnya.

Sesekali Malik melihat ponselnya, ada beberapa pesan masuk dan telfon dari Anara begitupun Lisa. Mereka berdua sangat mengkhawatirkan keadaan Malik.

"Gue dimana sih ini?" gumam nya.

"FATHURRR THURRR!!" teriaknya, dia sadar kalau ini adalah appart milik Fathur.

"APAAAN?!" suara itu terdengar dari arah ruang tengah.

Seperti biasa Fathur, Bagas dan Vedro bolos mata pelajaran kimia ke appart Fathur sambil bersantai santai.

Malik menghampiri sumber suara itu dengan langkah yang sedikit kurang memyimbangi sebab kepalanya masih terasa pening akibat kebanyakan minum alkohol.

"Rame ya ternyata." ujar Malik saat melihat ketiga temannya di sini.

"Buset suhu baru bangun, kebluk betul." celetuk Vedro sambil memainkan PS bersama Fathur.

"Lo udah gapapa?" tanya Malik ke Vedro.

"Aman." jawab Vedro yang fokus pada layar TV. Terlihat jika Vedro baik baik saja saat ini.

"Gimana enak gak semalem?" tanya Bagas memberikam tatapan sinisnya kepada Malik.

Malik menggelengkan kepalanya.

"Gak, berisik di sana." jawab Malik.

"Ingin menampol Malik dengan cara estetik" ujar Fathur kesal. Lelaki itu langsung menghentikan aksinya bermain PS, kemudian beralih ke Malik.

"Ya kalau berisik, kenapa dateng bujang?" tanya Vedro sambil melempar bantal yang ada di sampingnya.

Malik tidak menjawabnya.

"Lo sadar gak semalem ngapain aja?" tanya Bagas seolah mengintrogasi Malik.

"Gak." jawab Malik ketus.

"Yaiyalah orang keasikan main sama lont-UHH" celetuk Fathur, sebenarnya Fathur juga marah akan kelakukan Malik semalam.

Tidak menjawab apa apa, tapi Malik malah melempar bantal ke arah Fathur yang tadi Vedro lepar ke dirinya.

"Masih kecil lo, lonta lonte lonta lonte." ocehll Malik.

"YA EMANG ANJING LO MAU CIPOK TUH CEWEK!" ucap Bagas emosi, Malik tidak menyadari itu sama sekali.

"Tapi belum kan?" tanya Malik santai.

"Anak tolol, capek banget gue!" omel Bagas.

Malik mengambil ponsel yang ada di kantong celananya untuk menghubungi Lisa dan Anara.

Malik
"Nara, semalem gue buat lo khawatir, maaf ya."

Malik
"Gue gak sekolah dulu, jangan deket deket Gino."

Tidak ada jawaban padahal Anara sedang online. Jangankan pesan itu, pesan sebelum sebelum yang Malik kirimkan juga tidak dibalas Anara.

Sang Derana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang