- DUA PULUH

143 56 15
                                        

"Tolong bawa Malik ke rumah sakit!" lirih Anara. Gadis itu meminta tolong kepada ketiga sahabat Malik.

"Panggil ambulance sekarang, cepetan!" Vedro menyuruh Fathur. Wajah mereka semua sudah panik, karena melihat Malik sudah tidak sadarkan diri, ditambah luka luka diwajah Malik mengalir darah segar.

Sedangkan Bagas dan Vedro membantu Anara melepas ikatan yang kencang itu.

"Lo gapapa?" tanya Bagas, benar saja Bagas terlihat panik sama seperti Malik tadi.

"Gue gapapa, sekarang yang butuh pertolongan tuh Malik. Cepetan tolong bantuin" pinta Anara. Gadis itu mencoba menguatkan tubuhnya untuk berjalan walaupun fisiknya juga sudah lemah.

"Sabar Ra, ambulance lagi on the way kesini." ujar Fathur.

Jujur Anara tidak bisa menunggu ambulance datang, tapi apa boleh buat? kawasan yang mereka singgahi termasuk tempat sepi. Tidak mungkin angkutan umum atau taxi lalu lalang di sini.

"Tahan sebentar ya, kamu kuat Lik.." tangis Anara semakin deras melihat wajah Malik sudah babak belur, karna ulah Haris tadi.

*******

"Nara anak ku, astaga!!" dengan cepat Monica memeluk anak semata wayangnya itu dengan erat.

"Kamu gapapa? ada yang sakit?" Monica sangat khawatir.

"Ma itu... Malik ada di sana" lirih Anara sembari menunjuk ruangan IGD.

Semua sudah berada tepat di depan ruang IGD termasuk Anara dan yang lainnya. Ada Lisa, Rasya dan Monica juga disana, tangis Lisa semakin deras melihat Malik tertidur lemah di dalam sana.

"Maafin Anara bun, ini semua gara gara Anara."

Anara beralih pada Lisa yang kini terus menangisi putra sulungnya. Gadis itu merasa bersalah, karena Malik mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Anara.

"Enggak, ini semua bukan salah Anara. Doa'in Malik aja ya?" Lisa memeluk Anara dengan erat. Wanita paruh baya itu tidak ada rasa kesal atau benci pada Anara.

"Saya minta maaf juga ya, Lisa.." Monica pun ikut bicara.

"Ini musibah bukan salah siapa siapa di sini" jawab Lisa. Hati wanita paruh baya itu sangat lembut, selembut kapas.

"Tuhan tolong, tolongin Malik..." gumam Anara sembari menggigit kuku kuku jarinya.

"Tan gimana Nara dibawa pulang dulu, keadaannya juga lagi lemah kayaknya." ucap Bagas ke Monica.

"Nara pulang dulu ya istirahat? nanti kesini lagi, kalau keadaan kamu membaik" bujuk Monica.

Jelas saja Anara tidak mau, ia memiliu di sini menunggu Malik sampai lelaki itu sadarkan diri. Anara tak bisa tenang jika harus pulang ke rumah.

"Gak, Nara mau disini!" jawab Anara tegas.

"Yang jagain Malik di sini banyak, ada gue sama yang lain dan ada dokter juga." ucap Bagas yang kini memberi pengertian lebih pada Anara.

"Gue gak mau, Bagas!" bentak Anara, emosi gadis itu sedang naik turun, tidak terkontrol.

Kemudian sosok anak kecil berjalan mengarah Anara, ia menggenggam tangan Anara dengan erat.

Sang Derana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang