Alvian mengusap wajahnya kasar, ternyata begini ya rasanya punya istri yang sedang hamil dan ngidam. Kalau tidak dibelikan, nanti anaknya bisa ileran. Mau dibelikan, eh tukang makanannya masih pada tutup dini hari begini.
"Tukang sate sih ada. Tapi emang Alissa bakalan mau?" tanya Alvian pada dirinya sendiri.
"Beliin aja deh, daripada pulang gak bawa apa-apa. Kasihan Alissa pasti udah nunggu lama." sambungnya, kemudian mendekat ke arah tukang sate ayam yang masih berjualan.
Awalnya ia tampak ragu sekaligus takut melihat adanya tukang sate tersebut. Dilihat dari ujung kepala sampai ujung kaki, bapak penjual sate ayam itu berwujud manusia dan kedua kakinya menapak tanah.
Ia mencoba untuk memanggil bapak penjual sate tersebut, "Pak!"
Si bapak menoleh, "Eh, Mas. Pesan berapa tusuk sate?" tanyanya ramah.
Alvian mengusap tengkuknya yang terasa dingin, "Maaf, Pak. Duh, ngeri." lirihnya memalingkan wajah ke arah lain.
Bapak penjual sate mengernyitkan keningnya bingung, "Mas kenapa? Kok ngeri?" beliau menjeda sejenak, kemudian kembali berkata, "Oh saya tau nih. Mas takut sama saya, ya? Ngira saya ini setan gitu karena jam segini saya masih keliling jualan sate? Bukan, saya manusia kok. Satenya belum habis, jadi saya belum bisa pulang." jelasnya.
Rasa takut Alvian perlahan menghilang dan mulai percaya bahwa bapak penjual sate ini beneran manusia. Ia tersenyum,
"Saya pesan dua puluh tusuk ya, Pak."
"Allhamdulilah, pas banget satenya tinggal dua puluh tusuk. Sebentar ya, Mas. Duduk dulu nggih."
Alvian mengangguk dan duduk di kursi plastik yang sudah disediakan. Alvian memainkan kunci motor yang ada di tangannya seraya menatap kosong ke arah jalanan sepi.
"Ngomong-ngomong Mas beli sate jam segini buat siapa?" tanya beliau seraya mengipaskan sate didepannya.
"Buat istri saya, Pak. Dia lagi ngidam. Istri saya mau bakso, tapi jam segini semua tukang bakso ya udah tutup. Yaudah, jadinya daripada pulang gak bawa apa-apa lebih baik saya beliin sate aja." jawab Alvian.
"Oalah gitu toh, Mas."
Tidak lama, pesanan pun siap. Alvian memberikan selembar uang lima puluh ribu kepada si bapak, "Makasih ya, Pak."
"Sebentar kembaliannya, Mas."
Alvian menggeleng cepat, "Gak usah, Pak. Kembaliannya buat bapak aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVISA 2 [ HIATUS! ]
Romance• Sad romance • Alvian dan Alissa sudah menikah. Mereka kira, pernikahan mereka akan berjalan mulus tanpa suatu masalah apapun. Tapi ternyata, perkiraan mereka salah. Cobaan selalu datang silih berganti menghampiri mereka berdua. Apakah Alvian dan...