47. THE QUEEN & THE JOKER

85 10 0
                                    

CHAPTER FORTY-SEVEN

THE QUEEN & THE JOKER

•••••

She's standing on a line between giving up and seeing how much more she can take.

-John Mayer-

•••••

"Saya mau bebas, Ar."

"You deserve freedom, then you can build and rule your very own queendom. You have absolute authority over your happiness, Your Majesty."

Alenta tersenyum cukup lama seraya memandang Arsene lekat – lekat. Agaknya sulit dipastikan penyebab ia tersenyum apakah akibat perkataan sebelumnya ataukah terpengaruh senyum menular nan menawan milik sahabatnya itu. Ah, barangkali malah kombinasi keduanya.

"And a queen doesn't beg jokers to stay in her live, so stop treating him like a king."

Alenta merenungkan baik - baik ucapan Arsene. Apakah benar bahwasanya Aiden tidak ubahnya sesosok joker yang menganggap perasaannya sebagai bahan lelucon semata?

"You're way too special and rare. It needs more than just google to find you or even just a person like you. Losing you will be one of his biggest losses," pungkas Arsene.

"Ng?" Alenta mengerjap  beberapa kali. "M—maaf Arsene, apa tadi? Karena banyak pikiran, saya jadi kurang fokus."

"Hanya dengan mesin pencarian yang kata banyak orang merupakan yang terbesar, terpopuler, dan terhebat di dunia saja tidak akan cukup untuk menemukan Anda atau bahkan sekadar orang seperti Anda sebab saya percaya bahwa setiap pertemuan melibatkan takdir. Menyia – nyiakan kesempatan itu begitu saja pada akhirnya hanya akan menambah daftar kehilangan dan kerugian terbesar yang pernah Aiden derita."

"Salahkah jika saya juga merasa demikian ... menganggap kehilangan sosok Aiden yang dulu sebagai salah satu kehilangan terbesar saya? Seperti hal – hal baik yang pernah dia lakukan untuk saya dan perasaan yang pernah dia miliki dan tunjukkan ... saya takut bila saya tidak lagi bisa mengalaminya," ungkap Alenta.

"Saya rasa wajar saja. Anda berhak merasa begitu kok."

"Hm, tapi boleh jadi memang sudah waktunya, ya? Lagi pula ...."

"Ya?"

"I have simple rules. One of those is rewarding loyalty with loyalty and disloyalty with distance."

•••••

Kemarin menjadi hari yang terasa amat panjang dan melelahkan—utamanya secara emosional—bagi seorang Alenta. Kendati demikian, ia terus menyugesti dirinya sendiri bila hari ini bakal berbeda lantaran ia telah memutuskan bahwa ia hanya ingin dan hanya boleh bahagia.

Alenta berdecak. "Tanggal merah ... ah iya, libur nasional. Kalau berdiam diri aja di rumah bisa – bisa kepikiran kejadian kemarin melulu. Enaknya ngapain, nih? Ajakin Ivette sama Paris nongkrong kali, ya?"

Alenta : Paris? Iyet? Main, yuk?

Paris : Yah, aku terlanjur ada janji sama Finn. Maaf banget ya, Len. Iyet bisa, kan?

Alenta : Ih, gak apa – apa kali, Ris. Have fun, ya!

Ivette : Aku bisa sih, tapi sorean. Gimana, Len? Soalnya masih ada kerjaan nih, jadi backup dancer buat proyek musik video salah satu girl group.

KICK OFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang