60. (X) : ALLEVIATION

1.2K 69 16
                                    

EXTRA CHAPTER

ALLEVIATION

•••••

But nothing makes a room feel emptier than wanting someone in it.

-Calla Quinn-

•••••

"João, Khailo, Aiden, Kwame!" seru Nelson begitu memasuki ruang ganti pemain. "PR team baru saja mengabari kalau kalian diminta untuk segera bersiap."

"Oh não ... konten macam apa lagi kali ini?" tanya João sembari menggosok-gosokkan handuk pada rambut basahnya.

"Video peringatan Hari Ibu untuk lusa."

Mendengar dua kata terakhir yang keluar dari mulut sang kapten, Aiden sekonyong-konyong dibuat termangu. Ia selalu bersikap masa bodoh terhadap Hari Ibu lantaran tidak menyukai bilamana diingatkan akan fakta bahwa ia tidak memiliki kesempatan bahkan untuk sekadar memberi ucapan secara langsung kepada sang ibu. Oleh karenanya, buru-buru ia mencari alasan agar batal menjadi perwakilan tim.

"Nelson, sepertinya lo butuh cari pengganti buat gue deh, belum mandi nih soalnya."

Khailo—si bontot—spontan menyangkal dalih yang diutarakan oleh Aiden. Dengan muka masam nan menggemaskannya ia pun bersaksi, "Bohong, orang tadi Bang Aiden main serobot giliran mandiku!"

"Aih, ini gak bakal makan waktu la ...." Nelson kehilangan kata-katanya kala menonton kelakuan Aiden. Sejawatnya itu dengan sengaja menciduk tanah sekalian rumput—buah tangan yang dibawakan oleh sepatu para pemain seusai sesi latihan di lapangan sehingga dapat dipastikan berserakan di lantai ruang ganti—untuk selanjutnya dibalurkan pada wajah dan kedua lengannya.

"Memang benar kata Khailo, well ... tapi sekarang tampaknya gue masih perlu mandi lagi."

"You have the most chaotic software installed." Nelson geleng-geleng kepala, lalu menyabet pantat rekannya satu itu menggunakan atasan base layer berlengan panjang kepunyaannya yang masih bersih sebab belum terpakai. "But nah, man, you can't get away from this one."

"Shit."

"Sudahlah lakoni saja, Den. Lagi pula, tadi gue lihat Alenta ada di sana tuh, lagi diminta buat bantuin PR team kayanya. Lumayan, bisa lo manfaatin buat temuin dia, bukan?"

"Every cloud, as the saying goes, has a silver lining, right?" ucap Aiden yang mulai tampak pasrah menerima nasibnya.

•••••

Alenta sedang membantu beberapa kru menata set ketika bertemu tatap dengan Aiden yang baru tiba di lokasi. Meski menyadari ada yang tidak beres pada penampilan Aiden, ia tidak dapat berbuat banyak dan sebatas mengernyit. Namun, sesaat kemudian ia dihampiri oleh Carmen yang setahunya merupakan anggota tim hair, makeup, dan wardrobe.

"Alenta, bukan?" tanya wanita itu disertai dengan senyum yang amat ramah, kian meyakinkan sang lawan bicara bahwasanya dirinya tergolong tipe senior yang menyenangkan untuk diajak mengobrol dan berbagi pengalaman.

"Iya, benar. Ada yang bisa saya bantu?"

Carmen menganggukkan kepalanya kuat-kuat, sementara ditangkupnya telapak tangan Alenta erat-erat. "Tolong ya, Len, bantu kami menyiapkan Aiden. Dia bilang cuma mau menurut kalau kamu yang mengurus."

"Ah, baik. Mohon bimbingannya ya, Kak."

Carmen sekali lagi mengangguk dan bergegas memandu Alenta menuju tempat di mana Aiden didudukkan. "Kita perlu membersihkan Aiden secara cepat sebelum memberikan sedikit sentuhan makeup supaya terlihat lebih segar di kamera. Tadi, saya sudah siapkan lap dan ember berisi air, bersihkan saja dulu dengan itu. Seumpama diperlukan, mungkin setelahnya bagian wajah bisa dibersihkan lagi pakai micellar water."

KICK OFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang