26. LAY'S

93 19 0
                                    

CHAPTER TWENTY-SIX

LAY'S

•••••

[1]
Lay's is tasty, but how about lies?
Well, I swear I'll never eat lies, even the sweet one.

[2]
I can easily find Lay's in the supermarket.
I hope I can also easily find a superman who never lies to me.

•••••

Kondisi kaki Arsene sudah membaik. Sejak kemarin, ia sudah tak lagi memakai crutch-nya. Itulah penjelasan mengapa kini ia bisa bebas berlari.

Ya, ia sedang berlari. Terlihat begitu tergesa - tergesa. Sampai – sampai ia tak menyadari kalau ikatan tali sepatu sebelah kanannya terlepas. Juntaian panjang tali itu tak sengaja terinjak oleh kaki kirinya. Ia pun tersungkur. Sebuah ciuman manis dengan sang lantai tak dapat terelakkan. Alenta, yang berdiri sekitar lima meter darinya, otomatis membulatkan mata. Ia segera menghampiri rekannya yang malang itu.

Arsene hendak bangkit kala Alenta sudah berhasil memangkas jarak di antara mereka sehingga menjadi sepuluh kaki. Namun, ia mengurungkannya karena perintah Alenta. "Arsene, jangan berdiri dulu!"

Arsene pikir Alenta akan mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Eh, gadis itu malah duduk bersila tepat di samping tubuh Arsene yang masih dalam posisi tengkurap dan memejamkan mata selama beberapa detik.

"Anda kenapa?" tanya Arsene yang membuat Alenta akhirnya membuka matanya kembali.

Hanya dalam sedetik, ekspresi tenang Alenta seketika bertransformasi menjadi penuh kepanikan. "Astaga, pasti sakit! Bagaimana kaki Anda?"

Arsene mengubah posisi tubuhnya menjadi berbaring ke samping. Ia menekuk lengan kanannya, menjadikan telapak tangannya sebagai tumpuan bagi kepalanya. "Ah, tidak apa – apa kok. Anu, maaf, ya, saya terlambat dan Anda jadi menunggu lama."

"Santai aja. Toh pertandingannya belum dimulai. Ah, Leo sama Finn aja malah lima menitan lalu baru kasih kabar kalau mereka masih akan berangkat." Alenta menepuk jidatnya, lalu nyengir. Tadi, sejenak ia lupa kalau sedang berada di Oikos. "Maaf, Arsene. Tadi, saya tidak segera menolong Anda. Saya malah mengajak kelesotan dan menganggu kenyamanan orang – orang yang berlalu lalang di sini."

Arsene antara tersenyum memaklumi dan menahan tawanya. Ia berdiri duluan, kemudian menawarkan tangannya pada Alenta. "Tadi, Anda belum jawab—Anda kenapa? Maksud saya, mengapa Anda tadi memejamkan mata?"

"Oh, itu—make a wish, Ar. Wish-nya adalah biar Ilios menang telak di pertandingan kali ini."

"Hah? Saya tidak mengerti."

"Ini Aiden yang mengajari. Kalau mau, nanti saya ajari, deh," tawar Alenta.

Well, memang, keanehan tingkah laku Alenta itu adalah hasil didikan Aiden. Dimulai empat hari lalu, ketika keduanya sedang berada di rumah Leo.

Salah satu spot favorit mereka adalah halaman belakang Leo yang tergolong luas. Terlebih, di sana ada trampolin berdiameter sekitar lima meter yang sekelilingnya dilengkapi dengan jaring pembatas.

Saat itu adalah jam makan siang. Untungnya, matahari sedang tidak memancarkan panas yang menyengat. Alenta, Aiden, Leo, dan Finn duduk – duduk saja di atas trampolin sembari menyantap kudapan yang dibelikan oleh Finn saat perjalanan menuju kemari. Finn membebaskan ketiga sahabatnya itu memilih yang mana pun, kecuali keripik kentang kecintaannya, Lay's. Leo pun mengambil Cheetos dan Twix, sedangkan Aiden dan Alenta memilih berbagi puding mangga.

KICK OFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang