25. KEELAN

117 20 0
                                    

CHAPTER TWENTY-FIVE

KEELAN

•••••

You know you're in love when you can't fall asleep because reality is finally better than your dreams.
-Dr. Seuss-

•••••

Baru - baru ini, entah mengapa Aiden tertarik mengamati hubungan salah seorang rekan setimnya alias Keelan. Bek Ilios itu terlihat sedang dekat dengan salah satu striker dari tim sepak bola wanita Ilios, Leah. Namun, dari apa yang Aiden lihat, ia langsung dapat menyimpulkan bahwa hubungan Keelan dan Leah terbilang agak rumit.

Well, Keelan pembawaannya memang kaku. Entah apa gerangan yang membuatnya sulit mengekspresikan diri. Mayoritas orang yang pertama kali bertemu dengannya berpikiran kalau Keelan adalah pribadi yang menyeramkan. Selain karena fakta bahwa Keelan jarang tersenyum, rupanya ada faktor lain. Yep, chiseled jawline-nya.

Bagaikan air dan api, justru Leah super ekspresif. Dia juga memiliki kepercayaan diri yang bagus. Itulah mengapa, Keelan yang dasarnya sudah pasif jadi makin terkesan pasif.

Ah, iya, ada dua alasan mengapa Aiden menyebut bahwa relasi diantara kedua orang tersebut rumit.

Satu, Leah secara frontal mengakui dan menunjukkan kalau ia menyukai Keelan.

Dua, tidak ada yang mengerti isi hati Keelan karena sikapnya pada Leah sama sekali tidak konsisten.

Hm, sederhananya biar kugambarkan maksud "tidak konsisten" ini melalui potongan lirik dari lagu hasil kolaborasi Jay Z dan Justin Timberlake yang berjudul Holy Grail.

One day you're here, one day you're there
One day you care, you're so unfair.

Ya, bagi Aiden kondisi ini benar - benar tidak adil bagi Leah. Maka dari itu, sekarang, ia pun bertekad menegakkan keadilan yang pantas Leah dapatkan itu.

•••••

Suatu hari, di training centre, setelah sesi latihan selesai, Aiden mengajak Keelan mampir sebentar ke lounge.

"Kee, boleh gue nanya sesuatu yang sifatnya cukup personal?"

"Apaan, Den?" tanya balik Keelan setelah menyeruput kopi hitamnya.

"Ini tentang Leah." Aiden memberi jeda, memberikan kesempatan pada Keelan supaya pulih dari keterkejutannya. "Langsung ke intinya aja. Jadi, menurut gue ... tanpa lo sadari, apa yang lo perbuat ke Leah itu gak bener, Kee."

"Emangnya, gue ngapain Leah?"

"Lo tahu thermal grill illusion?"

Keelan mengerutkan dahi, menggeleng, kemudian terkekeh. "Itu apaan, Bro? Tolong jelasin. Maklum, pendidikan gue kan cuma sampai sekolah dasar demi fokus gabung ke akademi sepak bola."

"Sorry, Bro, gue gak bermaksud nyinggung."

"Santai aja. Gih lanjutin," pinta Keelan.

"Jadi, thermal grill illusion adalah yah ... kaya namanya, itu semacam ilusi yang berkaitan sama persepsi pancaindra kita. Khususnya indra peraba, kulit. Buat demonstrasiin ilusi ini, kita butuh beberapa batang logam bersuhu dingin dan hangat yang disusun berselingan. Ketika lo sentuh batang yang dingin doang, ya udah cuma dingin yang lo rasain. Begitu juga dengan batang yang hangat. Tapi, ketika disentuh secara bersamaan, yang bakal lo rasain adalah rasa sakit, nyeri. Well, kayanya gue gak perlu jelasin alasan kenapa bisa gitu karena sebenarnya masih belum jelas juga apa yang nyebabin rasa nyeri itu. Yah, walaupun ada sih beberapa scientist yang udah adain eksperimen buat nyari tahu, tapi tetap aja masih belum berhasil kasih kepastian. Daripada makin ribet mikirnya juga ya, kan?"

KICK OFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang