21. BOMBSHELL

103 21 1
                                    

CHAPTER TWENTY-ONE

BOMBSHELL

•••••

[1]
Look at the world we live in, defined by comment sections

[2]
These people gon' tell u that u'll never make it
Then when u do, they gon' say they knew u were goin' places
That's just how it works, next thing u know u'll be overrated
Hearing people say they miss the old u, it's crazy, ain't it?
-Nate Feuerstein-

•••••

Aiden sedang duduk di bangku di depan ruang UGD. Ia menunggu kabar tentang kondisi terkini dari kedua Apollo. Tak berselang lama, seorang dokter keluar dan menghampiri Aiden.

"Kondisi pasien yang kepalanya terluka sudah cukup stabil, tapi sepertinya dia mengalami cedera kepala yang cukup parah. Setelah kondisinya benar – benar stabil, saya akan melakukan beberapa tes lebih lanjut untuk memastikan. Sedangkan, pasien yang tertikam pisau kondisinya kritis. Ia kehilangan banyak darah dan ada organ dalam yang terluka. Saya dan tim akan mengusahakan yang terbaik untuk keduanya."

Aiden mengangguk. "Terima kasih, Dok."

•••••

Sudah tiga hari berlalu.

Satu Apollo masih terbaring, belum sadarkan diri. Satu lainnya, kemarin, menjalani beberapa tes lanjutan dan hari ini hasilnya keluar. Sayang sekali, Apollo itu mengalami amnesia retrogade dan masih dalam pantauan dokter untuk menentukan apakah akan bersifat temporal, permanen, atau progresif.

Aiden pun rutin menjenguk. Terlebih karena ternyata dua orang Apollo itu merupakan imigran. Keluarga mereka tidak bisa menemani karena jauhnya jarak. Akan tetapi, Aiden sudah menghubungi keluarga masing – masing Apollo itu untuk memberi kabar dan memastikan mereka supaya tetap tenang dengan berjanji akan meng-handle segala urusan terkait keperluan hingga kedua Apollo yang malang ini pulih total.

Aiden sendiri berhasil mendapat nomor telepon keluarga kedua Apollo dengan cara yang cukup mudah. Awalnya, ia berusaha mencarinya dari ponsel kedua Apollo itu. Namun, gagal karena mereka memasang pengamanan berupa pola untuk membuka akses ke ponsel. Aiden mencari cara lain, yakni dengan mencopot sim card mereka. Kemudian, Aiden memasang sim card itu ke ponselnya sendiri dan segera mencari nama – nama kontak yang kiranya adalah anggota keluarga kedua Apollo tersebut.

Kini, Aiden sedang mengajak berbincang Apollo yang amnesia supaya dia tidak terlalu merasa jemu dengan suasana rumah sakit. Topiknya pun yang ringan – ringan saja, mengingat kondisi Apollo tersebut yang kepalanya masih mudah sakit jika dipaksa berpikir terlalu keras. Ia lalu menyempatkan waktu sejenak untuk membaca beberapa pesan masuk.

Alenta : Masih di RS?

Salah satu pesan lainnya yang menarik perhatian Aiden adalah pesan yang dikirim oleh kapten Ilios. Isinya adalah pemberitahuan kalau jadwal latihan hari ini dimajukan. Aiden hanya punya dua puluh menit atau ia akan terlambat. Ia pamit pada Apollo yang sebelumnya ia temani itu dan bergegas menuju training centre.

•••••

Aiden berlari menuju dressing room. Di tengah perjalanan, tiba – tiba ada yang menyerukan namanya. Aiden menyempatkan putar balik untuk melihat siapakah yang tadi memanggilnya.

Arsene mendekati Aiden seraya tersenyum dengan senyum khasnya seperti biasa. Yang berbeda, kali ini Arsene sedang tidak memakai kaos - kaos oblong dan celana pendek kesayangannya karena ia sedang dalam balutan setelan jas. Rambutnya juga dilumuri sedikit pomade supaya terlihat lebih rapi.

KICK OFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang