1. CRISIS

1.1K 64 32
                                    

CHAPTER ONE

CRISIS

Sesosok cowok tengah berbaring menelungkup pada permukaan tanah berumput yang merupakan bagian dari lapangan sepak bola milik Cervera High. Ia sengaja membiarkan keringatnya bercucuran seakan memang dipersiapkan untuk mengairi aset sekolah yang paling berharga baginya itu. Siang ini, panasnya sang mentari kalah telak apabila dibandingkan dengan panasnya kepala cowok tersebut. Ia terlihat bersikap apatis dan masih betah bertahan dalam posisi yang sama hampir selama satu jam.

"Aiden?" sapa Leo.

Selain baskara yang dapat pula dipanggil surya ataupun fajar, Aiden juga bersahabat dengan Leo. Keduanya bertemu dan mulai menjalin keakraban akibat sama – sama tergabung dalam klub sepak bola sejak tahun pertama mereka.

Leo menatap punggung Aiden dengan nelangsa. Kemudian, ia ikut tengkurap di samping kiri sahabatnya itu. "Gue sedih lihat lo depresi begini."

"Gue harus secepatnya cari cara buat bangkit dari krisis ini," sambat Aiden.

Well, sudah sejak lama, klub sepak bola kalah pamor dari klub basket. Salah satu faktor penyebabnya adalah klub basket memiliki tim putri, sedangkan klub bola tidak. Adanya tim putri membawa keuntungan bagi klub basket karena secara tidak langsung dapat menjadi penambah nilai jual, utamanya setiap kali klub atau organisasi melakukan promosi kepada para siswa baru secara simultan.

Dua tahun terakhir ini, klub sepak bola kian terpuruk akibat stagnasi jumlah anggota. Tahun ajaran yang lalu saja, klub hanya mampu menjaring sebelas anggota. Lulusnya angkatan tahun sebelumnya dan undur dirinya sejumlah anggota menjadikan jumlah total anggota klub saat ini tinggal tersisa delapan orang. Hal tersebut akan sangat menghambat kegiatan klub. Sebagai dampaknya, klub akan kesulitan dalam mendaftar ke berbagai kompetisi dikarenakan jumlah anggota yang bahkan tidak genap sebelas. Jangankan merumput—malang melintang di segala macam turnamen, disebut sebagai sebuah tim sepak bola saja masih belum layak.

Aiden merasa memiliki tanggung jawab besar perihal mempertahankan eksistensi klub agar tetap mencengkramkan cakarnya kuat – kuat di tanah Cervera High. Itulah mengapa ia kerap kali merasa pusing bukan main akibat terus – terusan memikirkan solusi macam apa yang paling jitu.

"Andaikan klub bola juga punya tim cewek, pasti lapangan ini bakal seramai lapangan basket," ujar Leo.

"Kita udah pernah open membership khusus cewek, tapi kan gagal gara – gara gak ada yang berminat. Lagi pula, sebenarnya klub kita juga belum cukup siap buat bentuk tim cewek. Untuk sekarang, rasanya kita perlu fokus perbanyak anggota cowok dulu dah."

"Iya, tapi menurut gue nih, adanya cewek di klub penting juga. Contoh nyatanya aja klub basket tuh. Gue yakin kalau lima puluh persen lebih dari tim cowok mereka awalnya tertarik gabung karena adanya tim cewek. Terlebih tiga tahun belakangan, tim basket cewek anggotanya cantik – cantik," timpal Leo. "Lo gak ada kenalan cewek – cewek populer apa?"

"Lo tahu sendiri kan mereka punya agenda anti-Aiden, pada jengkel gincunya sering gue curi."

Leo berdecak, tak habis pikir dengan tindak tanduk Aiden. "Lo juga sih ngapain ngelakuin itu ...."

"Lah gue mah baik aslinya. Setiap gincu yang gue colong, selalu gue ganti pakai bolpoin ... barang yang jauh lebih berguna buat bersekolah," ungkap Aiden.

"Kenapa gak kita coba dulu cari cewek menarik lainnya? Pasti ada kan yang di luar kalangan populer? Nanti, kita rekrut dia jadi ketua tim public relations klub."

Aiden mengangguk, mengamini saran dari Leo. Ia sepenuhnya sadar bahwa harus segera mencari siswi tersebut sebab waktunya tinggal tiga hari lagi menuju club expo.

KICK OFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang