16. FANCHANT

117 19 0
                                    

CHAPTER SIXTEEN

FANCHANT

Alenta menunggu bersama sekitar empat puluh orang lainnya di tepi jalan yang tak jauh dari markas Ilios, stadion Oikos. Sekitar lima menit kemudian, sebuah bus berhenti di depan mereka. Pintu terbuka dan keluarlah sesosok pria yang tak lain tak bukan adalah Arsene. Arsene berdiri di dekat pintu bus, tersenyum semringah sembari berkata, "Masuk, masuk! Silakan masuk!"

Bus sudah dipenuhi orang - orang yang memiliki satu kesamaan, yakni sama - sama merupakan Apollo. Spesifiknya, total ada sekitar 11 suporter wanita dan 38 suporter pria.

Suporter wanita terpaksa duduk di area depan karena area belakang sudah keburu diklaim oleh suporter pria. Karena jumlah suporter wanita ganjil, mau tak mau ada satu orang yang harus duduk sendiri dan orang itu adalah Alenta. Alenta tak masalah. Ia menggunakan kursi kosong di sebelahnya untuk meletakkan ransel mini-nya.

Arsene yang baru saja menutup pintu bus langsung melihat ke arah Alenta duduk. "Permisi. Boleh saya duduk di sini?"

"Silakan," jawab Alenta yang segera memindah ransel ke pangkuannya.

Sepanjang perjalanan, Apollo kompak menyanyikan fanchant yang mereka buat untuk beberapa pemain.

"Saya sudah hafal hampir semua," ucap Alenta penuh kebanggaan. "Oh iya. chant untuk Aiden sudah jadi." Alenta memasangkan kabel earphone yang sebelah ke telinga Arsene. Lalu, ia membuka aplikasi google keep di ponselnya untuk menampilkan salah satu catatan yang ia buat yang berisi lirik chant untuk Aiden dan menyodorkannya pada Arsene. Melalui earphone, Arsene dapat mendengar sampel audio yang Alenta buat.

"Bagus," puji Arsene. "Tapi, boleh saya perbaiki beberapa pilihan kata pada lirik?"

"Silakan."

Arsene selesai mengedit sebait lirik tersebut. "Bagaimana?"

Alenta menunjukkan jempolnya.

"Bagaimana kalau nanti—waktu perjalanan pulang—kita coba perdengarkan ke teman - teman yang lain? Kalau responnya positif, nanti sekalian saya rekam dan saya sebarkan di twitter," tawar Arsene.

"Ide bagus."

•••••

Arsene beserta rombongan sudah berada di depan stadion. Sepuluh menit lagi, gerbang masuk akan dibuka. Arsene segera memberikan tiket Alenta. "Tidak lagi di perbatasan."

Alenta terkekeh. "Terima kasih." Ia melihat ada stand kecil nan sederhana tak jauh dari tempatnya berdiri. Penasaran, ia bertanya, "Ar, itu yang di sana jual apaan?"

"Matchday programme. Biasanya, fans beli untuk dikoleksi. Mau? Saya traktir, ya?"

"Tidak, tidak. Saya tidak mau merepotkan Anda melulu."

Arsene mendorong paksa Alenta menuju stand tersebut. Mereka mengantri sebentar karena di depannya ada dua orang pria yang masih menunggu uang kembalian. Alenta terkejut kala dua pria itu berbalik.

"Len?" tanya Finn memastikan, masih tidak percaya kalau yang di hadapannya adalah Alenta.

Alenta kelabakan. "Ha—ai."

"Kok lo di sini? Ini siapa?" tanya Leo.

"Saya Arsene." Arsene berinisiatif memperkenalkan diri.

Leo dan Finn mengangguk.

"Tolong jangan bilang ke Aiden kalau aku nonton away match hari ini, ya?"

"Tapi, Len—"

KICK OFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang