63. (X) : NAÏVETÉ

967 50 32
                                    

EXTRA CHAPTER

NAÏVETÉ

•••••

Even statues crumble if they're made to wait.

-Taylor Swift-

•••••

Sekitar dua lusin pemain Ilios FC menghambur keluar dari briefing room usai dicukupkannya sesi team building dikarenakan sudah memasuki jam makan siang. Bersama pelatih dan sebagian stafnya, mereka kompak menuju kantin eksklusif hendak mengisi tenaga sebelum berlanjut ke sesi latihan. Namun, Aiden mengemban misi klandestin-memisahkan diri dari kawanan lantaran berbeda haluan. Ia lebih memilih untuk menyusul Alenta ke area kantor, berencana merayakan hari terakhir gadis itu magang di Ilios dengan makan siang bareng di kantin umum.

Aiden mengintip ke dalam melalui bagian pintu yang kacanya tidak dibuat buram, disaksikannya Alenta tengah membagikan cupcake kepada satu per satu rekan sejawatnya dalam divisi marketing and media yang telah banyak membantu dalam mengoptimalkan kesempatan magang ini guna mengembangkan potensinya. Memang sudah menjadi semacam tradisi di Cervera di mana seseorang yang bakal undur diri memberi kudapan manis kepada para koleganya sebagai lambang perpisahan sekaligus rasa terima kasihnya. Pernyataan Alenta yang pertama kali terdengar begitu memasuki ruangan membuatnya melongo. Aku membuatnya sendiri? batinnya menirukan kata-kata Alenta yang masih belum menyadari eksistensinya.

Aiden sengaja menunggu tidak jauh dari pintu, sama sekali tidak sedikit pun menyimpan intensi untuk menginterupsi sampai Alenta tuntas meludeskan isi dus yang semenjak tadi didekap erat-erat. Merasa gemas tidak kunjung disoroti dengan atensi sang tunangan, lantas ia menghampiri dan melongok ke dalam dus dari balik tubuh Alenta yang tingginya tidak seberapa untuk menjadi penghalang. "Benar-benar tidak ada yang disisakan buatku, ya?" tanyanya mendorong Alenta berputar badan pada akhirnya.

Alenta menggeleng lambat, tampak grogi entah mengapa. "I made those only for my co-workers."

"Fine, but couldn't you have made one extra for your fiancé? I'd like to taste it too," sentil Aiden.

"You'd pregret it." Alenta memalingkan muka, kemudian menduduki kembali kursi putarnya hanya untuk beberapa detik berikutnya dirotasi oleh Aiden sehingga gagal upayanya dalam menghindari pria yang kini berlutut di depannya tersebut.

"Regretting my decision before I have even done it? We shouldn't make it seem bigger than it really is, should we? Now tell me why you seemed so reluctant about me eating your self-made cupcake."

"Aku gak pengin merusak diet-plan yang sudah disusun nutritionists Ilios. Plus, jujur saja aku minder mengingat kamu lebih jago baking ketimbang aku," beber Alenta tanpa nyali untuk menatap Aiden.

Aiden mengusap-usap lembut punggung tangan Alenta, sementara tangan yang satunya menyusup ke rambut di belakang telinga Alenta. "Let's not see our relationship as a competition. Such a perspective would only lead to toxicity between us. Just show me your weaknesses, and I'll do the same, so that we can both nurture each other's growth."

Alenta mengacungkan jempol, memberi gestur setuju. Ia mengaitkan jemarinya pada tali pegangan paper bag yang terletak di bawah mejanya, mengundang rasa penasaran Aiden ketika benda itu terangkat. "Ini brownies, buat Arsene," tandas Alenta sebelum Aiden melambungkan tinggi-tinggi harapannya. Menengok sang lawan bicara mencebik, ia segera mengklarifikasi. "Tidak perlu cemburu begitu. Dia bosku."

"Biarpun dia mendapat kuemu, tetap saja aku kasihan padanya."

Alenta menelengkan kepalanya yang masih ditopang oleh Aiden. Dahinya mengerut berkat pengakuan mengandung simpati nan tak kaprah dari mulut pria satu itu. "Kenapa? Arsene kan dapat kuenya."

KICK OFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang