36. PUZZLEMENT

119 16 3
                                    

CHAPTER THIRTY-SIX

PUZZLEMENT

•••••

My own attitude stresses me out sometimes ... I be mad at me for being mad.

•••••

"Uh, Ever. Dia juga datang?" gumam Alenta.

Alenta mengamati kedua sahabatnya yang pandangannya masih tak urung beralih dari Ever yang sedang dikerubungi sejumlah Apollo karena dimintai foto bersama atau kalau tidak ya tanda tangannya. Tak heran, Ever memang tergolong model yang populer. Maka dari itu, kini, ia sampai perlu dikawal oleh dua personal bodyguard. Yah, tentunya bodyguard sungguhan, tidak seperti nasib Alenta.

Alenta melompat, mendarat tepat di hadapan Leo dan Finn. Ia sengaja menghalangi pandangan keduanya. "Criiiing!" Ia membentangkan kedua lengannya, membuatnya bak patung legendaris di Rio de Janeiro, Christ the Redeemer. Tak lupa, ia juga mengangkat dagunya.

"Etdah, lo ngapain?" tanya Leo.

"Iya, nih. Nutupin lagi," imbuh Finn.

"Silau, kan? Silau?!"

Kedua cowok itu mengernyit.

"Apaan sih lo? Minggir woi!" usir Leo.

"Hah, dasar! Memang cuma Aiden yang ngerti seterang apa kuasar itu!" Alenta menyuguhkan tatapan beringas. "Jangan cuma ngelihatin dari jauh! Samperin, sana, samperin! Pergi kalian!"

Finn dan Leo mulai berjalan, dengan senang hati menuruti titah Alenta. Namun, mereka kembali lagi kala menyadari Alenta tidak ikut bersama mereka.

"Lah, lo gak ikut?"

"Gak, Finn. Udah deh sana! Keburu hilang nanti. Aku di sini aja, nungguin Arsene."

"Mana bisa dong, Len? Ninggalin lo sendirian sama aja ngelanggar SOP," terang Leo.

"Ng? I don't care. I'll stay here, period." Alenta yang mulanya berjongkok kontan berdiri, lalu berlari. Air mukanya juga berubah, dari nampak gusar menjadi ceria. "Arsene!" Ia bersyukur begitu matanya tak sengaja menangkap citra Arsene. Dengan begitu, ia tidak perlu lagi berjuang sendirian melawan dua makhluk yang belum menyadari bahwa Alenta telah menabuhkan genderang perang.

"Arsene, silau tidak melihat saya?"

Arsene agaknya kaget akibat Alenta mengajukan pertanyaan semacam itu secara tiba - tiba. "I—iya." Kan, sudah tertebak! Pastilah Arsene mengiyakan. Namanya juga pelaku susah-move-on-dari-Alenta. Ia orang kedua setelah Damen yang berhasil teridentifikasi. Ia sendiri menyadari dia itu seorang kriminal. Baginya, menaruh hati pada pasangan orang lain adalah suatu bentuk kejahatan. Walau begitu, sama seperti Damen dan orang - orang yang susah move on lainnya, ia selalu kesulitan mengajak kerja sama hati dan otak agar sejalan dengan visi misinya. Itulah mengapa proyek move on sering kali gagal terealisasi.

"Nice!" seru Alenta dengan girang.

"Kita kok ditinggalin sih, Len?" protes Finn.

"Biarin. Lagian kita beda zaman. Kalian hidup di zaman kegelapan, aku sama Arsene di zaman keterangan. Hush, sana kalian! Gak usah coba curi - curi cahayaku, ya. Rasain! Tadi, udah baik - baik suka rela bagiin malah ditolak," cibir Alenta.

Arsene yang baru bergabung dibuat menerka - nerka akan konflik apakah yang sedang bergejolak di antara Alenta, Leo, dan Finn. Tadi, ia terlambat karena ada urusan terlebih dahulu di dalam. Ya, sebelumnya ia sudah berada di dalam Oikos karena harus menemani papanya menyambut beberapa tamu penting sebentar. Ia tampil ciamik, berbalutkan setelan jas rancangan desainer pribadi keluarganya. Akan tetapi, sebelum kemari, ia berganti dengan pakaian kasual, tepatnya celana jeans selutut dan atasan jersey Ilios.

KICK OFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang