40. ERASER

212 22 4
                                    

CHAPTER FORTY

ERASER

•••••

U disgust me, I distrust u

•••••

"Arsene?" panggil Alenta seraya memegangi daun - daun bawang pada buket di pangkuannya. "Ini banyak sekali. Bagaimana kalau besok kita adakan pesta telur?"

"Pesta telur?" beo Arsene.

"Iya. Di rumah saya, bertujuh aja. Saya, Anda, Damen, Leo, Finn, Ivette, Paris."

"Ide bagus kalau benar tidak merepotkan Anda."

Alenta menggeleng cepat. "Tidak, kok."

"Jam berapa?"

"Pagi saja, bisa? Soalnya, siangnya saya harus ke kampus."

Arsene melirik penumpang di sampingnya. "Saya bisa. Semoga yang lainnya juga."

Beberapa menit kemudian, tiba saatnya Alenta turun dari truk Arsene.

•••••

Walau masih lelah akibat padatnya kegiatan shooting kemarin, Alenta masih konsisten dengan kebiasaan bangun paginya. Karena nanti diadakan pesta telur, Alenta membiarkan perutnya kosong dengan tidak bergabung bersama Hunter, Elsa, dan Milo yang sedang sarapan. Tak ingin gigit jari, ia memilih mengisolasi diri dalam sarangnya.

Alenta duduk di sebuah sofa kecil yang sengaja ia posisikan di dekat jendela kamar. Ia menyenandungkan lirih lagu duetnya bersama Damen selagi memandang ke arah luar—sengaja membiarkan wajahnya diterpa hangatnya sinar mentari pagi itu. Well, ia memang harus banyak berlatih dan mempelajari lagu tersebut karena beberapa hari ke depan merupakan jadwal di mana ia akan mengerahkan segala kemampuan bernyanyinya di dapur rekaman. Selayaknya koki, Alenta harus mempersiapkan resep terbaiknya sebelum memasuki dapur. Untuk itulah, sedari tadi, Alenta mengetuk - ngetukkan pensil pada bingkai jendela sembari mencoba berkreasi—menyiapkan beberapa opsi improvisasi untuk beberapa bagian miliknya.

Alenta menyimpan kembali buku catatan dan pensilnya untuk beralih memainkan ponsel. Ia berinisiatif menonton live performance beberapa penyanyi pria dan wanita yang berkolaborasi—yang diunggah ke platform youtube—karena ingin mencari inspirasi baru dari kegiatan mengamati bagaimanakah sang kedua penyanyi berharmonisasi. Sebagai pembuka, ia memutar video duet Julia Michaels dan James Bay yang membawakan lagu berjudul Peer Pressure. Kebetulan lagunya memiliki karakteristik yang serupa dengan lagu ciptaan Damen, yakni kental dengan petikan gitar akustik.

"Yah, kenapa iklannya ini?" keluh Alenta kala youtube mengujinya dengan cara menampilkan iklan sampo Aiden dan Ever. Jarinya bergerak amat cepat menuju tombol "SKIP AD". Sial, ia lupa bahwa harus menunggu selama lima detik sampai tombol itu muncul. Lima detik sungguhlah waktu yang singkat. Namun, kali ini tidak bagi Alenta. Ia pun melempar ponselnya tepat mengenai perut buncit boneka replika dari Kafé yang Arsene berikan secara cuma - cuma.

Alenta bergerak malas—mengambil kembali ponselnya. Video iklannya terjeda tepat di frame yang berisi Aiden seorang. Melihatnya, ia jadi teringat kalau seharusnya ia memberitahu Aiden tentang pesta telur meskipun tentunya cowok itu tak bisa ikut bergabung.

"Halo?"

"Halo. Pagi, Len. Jam segini udah telepon aja, kangen, ya?"

"Pede banget, ih."

"Terus ada apa, dong?" tanya Aiden.

"Aiden, pagi ini, aku ada pesta telur di rumah dan yang diundang adalah Paris, Ivette, Leo, Finn, Arsene, Damen. Aku berharap banget kamu bisa gabung sama kita nanti. Sayangnya, kita lagi gak boleh ketemuan dulu kan? I inform this just to make sure that you won't feel left out. So, are you ok with this?

KICK OFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang