37. GODZILLA

147 17 5
                                    

CHAPTER THIRTY-SEVEN

GODZILLA

•••••

I ain't an octopus. I don't have three hearts like it. So, please, don't break my one and only heart.

•••••

"Bukan lagi aku yang terancam, melainkan kamu."

Mata Aiden menyipit. "Maksud kamu?"

"Pagi tadi, aku ketemu Mr. Invisible dan dia adalah Damen."

Akhirnya, Aiden dapat bernapas lega. "Hah, syukurlah."

"Aku boleh jadi aman. Tapi, kamu, Den ... ada yang ingin kamu supaya mati."

"Oke. Kasih tahu aku kenapa kamu berpikiran begitu?"

Alenta menjelaskan bahwa ketika pertandingan usai, ia menyempatkan diri untuk menyaksikan suasana post-match yang disiarkan langsung oleh Ilios pada official instagram account-nya. Berhubung pertandingan final, jumlah viewer-nya melonjak tajam dibanding biasanya, bahkan hingga berhasil menyentuh angka seratus ribu.

Alenta merupakan tipe netizen yang hobi membaca - baca komentar para netizen lainnya. Saat itu, kebetulan sekali ia menemukan sebuah komentar—kiriman dari seseorang yang ber-username-kan kombinasi kata "apollo", underscore, dan lebih dari sepuluh angka acak—yang berbunyi : Aiden sialan! Matilah kau saat election day!

"Ah, itu wajar," gumam Aiden.

Well, Ilios hanya berhasil meraih posisi runner-up. Aidenlah yang boleh dikata sebagai biang keroknya. Kekalahan 1 - 0 dari Raptors disebabkan oleh blunder Aiden yang tak disengaja. Niat baiknya membantu bek tengah—Keelan—bertahan dari counterattack Raptors malah berujung gol bunuh diri pada menit ke delapan puluh. Setelah itu, kesebelasan Ilios nampak mulai kehilangan motivasinya untuk menang. Terbaca jelas dari persentase pass accurasy dan ball possesion Ilios yang kian menurun. Peluit panjang ditiupkan, penanda resminya hari ini sebagai hari patah hati seluruh Apollo. Seketika Oikos berubah menjadi lautan kekecewaan.

Aiden memahami betul bahwa dihujani dengan komentar pedas sudah bagian dari konsekuensi yang harus ia panen dari kesalahannya. Walau begitu, ia yakin bahwa seiring berjalannya waktu semua itu akan mereda. Para Apollo pasti akan memaafkannya meskipun ia tidak menjamin semuanya akan melupakan. Toh itu memang sudah merupakan hal yang lumrah dari dunia sepak bola.

Nampaknya benar pendapat Nick Hornby dalam bukunya—Fever Pitch—yang pernah Alenta baca, yakni :

The natural state of football fan is bitter disappointment, no matter what the score.

Aiden ingin menanggapi komentar berisi teror tersebut dengan santai. Namun, trauma akan masa lalu memaksanya menolak menganggap sepele semua ini.

"Kita putus, ya?"

Bola mata Alenta nyaris meloncat keluar dari tempatnya. "Damn! Enteng banget kamu ngomong gitu ... aku salah apa sih, Den? Kenapa tiba - tiba banget?!" ucap Alenta dengan bersungut - sungut.

"Ey, chill out."

"Gak bisa."

"Maksudku, kita pura - pura putus aja," bisik Aiden.

Alenta mengernyit. "Why? Gimme the reason."

"Cuma karena dendam seseorang, aku jadi harus kehilangan mamaku. Aku gak mau kejadian yang dulu terulang ... cuma karena dendam seseorang ke aku, aku jadi sekali lagi kehilangan orang tercinta ... kamu."

KICK OFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang