24. PROM NITE

106 20 0
                                    

CHAPTER TWENTY-FOUR

PROM NITE

•••••

U can't blame gravity for fallin' in love.
-Albert Einstein-

•••••

Alenta sedang berada di salah satu meja bundar yang telah didekor dengan ciamik. Ia memandangi pentagonal terrarium berisi succulent cantik yang diletakkan tepat di tengah meja.

Seseorang membuyarkan lamunannya. Itu Damen. Ia menarik kursi di sebelah Alenta dan menyodorkan segelas mocktail. Alenta—yang kebetulan sedang haus—langsung mengambil beberapa tegukan. Saat hendak meletakkan gelasnya, ia menyadari ponselnya bergetar.

Arsene : Lima menit lagi konferensi pers-nya dimulai.

Alenta : Iya. Semangat, Arsene.

"Habis satu performance lagi, dance floor kembali dibuka. Mau dansa bareng?" tawar Damen.

Alenta segera menyimpan kembali ponselnya, lalu memberi isyarat supaya Damen melirik meja yang ada di barat daya mereka. "Kamu gak lihat apa? Dari tadi, mata mereka kaya mau copot."

Damen terkekeh setelah menyadari bahwa sedari tadi Finn dan Leo sedang mengawasinya. Kemudian, ia menggamit tangan Alenta, membawanya menuju backstage.

"Loh, Dam, kita tampilnya kan masih sejam-an lagi. Ngapain ke sini?"

"Mau dansa, tapi tanpa dilihatin Leo sama Finn."

"Sekarang ini yang tampil band-nya Jeff loh, bawain lagunya Metallica pula. Ya kali dansa diiringi musik metal, Dam?"

"Udah, ayo," ajak Damen.

Karena kesulitan berdansa serasi dengan tempo musik, pada akhirnya Alenta dan Damen memilih untuk menari ala kadarnya. Mereka malah asyik headbanging dan sesekali melompat – lompat dengan energik. Orang – orang yang ada di sana sampai terheran – heran menatap mereka.

•••••

I knew from the first time, I'd stay for a long time 'cause—
I like me better when, I like me better when I'm with you

Alenta tersenyum pada teman – teman seangkatannya yang kini sedang menghadiahinya dengan tepuk tangan. Ia lega karena penampilan duetnya bersama Damen membawakan lagu I Like Me Better milik Lauv terbilang sukses. Selanjutnya, ia bersama Damen kembali menuju backstage.

Damen sedang menyimpan kembali gitarnya ke dalam hard case hitam kesayangannya. Pada permukaan case gitarnya itu, sengaja ia ukir inisial namanya dengan ukuran sangat kecil.

"Dam, sekarang jam berapa, ya?"

Damen menaikkan lengan kemeja dan jasnya sedikit, hendak membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum jam tangannya. "Delapan lebih tiga puluh lima."

"Oh. Ya udah, aku pamit ya, Dam?"

"Eh? Kemana? Kok pulang lebih awal?"

Alenta menjulurkan lidahnya, lalu undur diri. "Rahasia. Tapi, please, wish me luck, ya, Dam!"

"Yah, sayang sekali," gumam Damen.

•••••

Alenta sudah berada di Oikos. Tepatnya, ia sedang berdiri di pertengahan tunnel. Well, hari ini Ilios memang ada jadwal bertanding. Kick off-nya pukul tujuh tadi. Kini pukul 20.48, tetapi pertandingan belum selesai. Padahal, jika sesuai waktu normal, pertandingan harusnya sudah berakhir sejak tiga menit lalu. Yah, sepertinya itu dikarenakan adanya additional time.

KICK OFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang