32. DON'T GOOGLE YOURSELF!

108 15 23
                                    

CHAPTER THIRTY-TWO

DON'T GOOGLE YOURSELF!

•••••

[1]
More people die of jealousy than of cancer.

[2]
It ain't love that is blind, but jealousy.
-Lawrence Durrell-

•••••

"Saya? Jadi bintang iklan sampo?!"

Ilios baru saja menambah deretan sponsor mereka. Kali ini adalah salah satu brand sampo ternama. Kebetulan, brand tersebut hendak meluncurkan produk dengan formulasi teranyarnya. Maka dari itu, tim kreatif dari perusahaan brand tersebut meminta supaya Ilios mengirimkan setidaknya tiga pemain populernya untuk tampil dalam video iklan yang akan digarap. Awalnya, tiga nama sudah ditentukan, yakni Nelson, Diego, dan Arteta. Namun, karena Coach Biaggi tidak memberi tahu secepatnya, Nelson terpaksa harus dicarikan pengganti. Sebenarnya itu sepele, hanya karena Nelson yang keburu menggunduli kepalanya.

"Kenapa tidak yang lain saja, Coach? Keelan misalnya, atau—" protes Aiden.

"Tidak bisa. Kamu tahu sendiri kan Keelan bagaimana? Lagi pula, ini sudah permintaan dari perusahaan tersebut. Pun kamu terpilih setelah melalui penyeleksian."

Aiden mengembuskan napas berat. "Baiklah, Coach."

Coach Biaggi menyodorkan sebendel kertas. "Persiapkan dirimu. Baca - bacalah ini, pelajari konsep iklannya. Ah, iya ... shooting-nya weekend ini."

"Siap, Coach."

•••••

"Hah? Apa?" tanya Aiden, meminta sutradara mengulangi perkataannya.

"Kau gantikan Diego. Rasa - rasanya, chemistry Diego dan Ever kurang," perintah sang sutradara.

"Arteta saja lah, Pak."

"Ever lebih tinggi dibanding dengan Arteta. Mereka berdua saja dalam satu frame? Itu jelas bukan solusi yang tepat. Ayolah, kita coba saja dulu denganmu," bujuk sang sutradara.

"Benar - benar tidak bisa, ya? Baiklah, Pak. Tapi, saya mohon waktunya sebentar."

Aiden berlari menuju meja tempatnya meninggalkan tas. Setelah ponsel berhasil dalam genggamannya, ia segera menghubungi Alenta.

"Halo?"

"Halo. Loh, udah kelar? Kok cepat banget? Lancar - lancar aja, ya?"

"Belum. Mm, ada sedikit perubahan. Kamu ingat berkas berisi konsep iklan yang pernah kita baca bareng?"

"Ya? Apa yang diubah?"

"Aku tukeran sama Diego. Sutradaranya yang minta. Gak apa - apa, kan?"

"Oh ... gak masalah kok. Itu kan bentuk profesionalitas dalam bekerja."

"Iya. Aku cuma mau ngabarin ini biar nantinya kamu gak salah paham, mikir aku nyembunyiin ini atau—"

"No, no, no," potong Alenta.

"Are we cool?" tanya Aiden memastikan.

"Yeah, we are. Semangat, Aiden!"

•••••

Alenta tidak bisa membohongi dirinya.

Ia menutup laptopnya karena sudah kehilangan mood dalam mengerjakan tugas, oleh - oleh dari kuliah pagi tadi. Apalagi pikirannya mendadak jadi kemana - kemana. Self-esteem-nya juga menurun drastis. Ia enggan mengakui. Namun, faktanya adalah tanpa ia sadari, sepertinya ia sedang dilanda api cemburu, yang mana benar - benar stereotipe kaum berzodiak scorpio.

KICK OFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang