"Rest, mau pulang. Anterin ya?" inilah yang terus Embun lakukan sedari tadi. Meminta Everest mengantarnya pulang.
Sungguh telinga Everest panas mendengarnya. Namun cowok memilih untuk tidak menanggapi sama sekali.
"Rest, pulang," rengek Embun lagi.
Everest berjalan menuju dapur. Embun mengikuti cowok itu lalu duduk di kursi makan. "Rest, anterin pulang Rest," rengek Embun lagi masih dengan respon yang sama.
Embun terus memperhatikan Everest yang mengambil wine dan sebuah gelas. Ia menaruh gelas diatas meja di depan Embun lalu menuangkan wine tanpa reaksi.
"Chateau Lafite Rothschild," Embun membaca tulisan di botol tersebut. "Alkohol?" tanya Embun yang dibalas gumaman oleh Everest.
Everest meneguk Alkohol itu dengan haus. "Mahal ya?" tanya Embun terus memperhatikan.
"USD 230 ribu." jawab Everest singkat.
Embun mengeluarkan handphonya. Membuka google dan mencari nilai USD ke bentuk Rupiah.
"ASTAGA!" teriak Embun terkejut saat melihat nominalnya. Ia menutup mulutnya saat Everest menoleh ke arahnya tajam.
"Rp3,3 miliar." gumam Embun.
"Gue boleh minta satu botol?" tanya Embun pada Everest yang dibalas tatapan heran dari cowok itu.
"Lo bisa minum?" sungguh tidak dapat dipercaya jika Embun bisa minum, right?
"Bisa, tapi gue mau bawa pulang satu botol."
Everest tertawa, ia paham akhirnya. "Mau lo jual?" pertanyaan itu sontak membuat Embun ikut tertawa.
🦋🦋
"Rest, udah minumnya. Nanti mabuk." Embun berkata karena meliht cowok itu terus-menerus minum tanpa jeda sedari tadi.
"Gue gak suka diatur." peringat Everest.
Embun menatap Everest tidak suka. Itu sangat tidak baik untuk kesehatan, apalagi cowok itu bisa mabuk. "Rest itu gak baik, udah stop."
"Iya, nanti," Everest mulai jengah.
"Rest minuman itu gak baik kalo banyak-banyak,"
"Lo udah minum banyak, Rest."
"Rest, nanti mabuk,"
"GUE GAK SUKA DIATUR!" ujar Everest marah, matanya agak memerah.
"Lo juga ngatur gue! Lo masuk ke privasi gue! Terus lo larang gue buat ngelakuin hal yang sama?! Itu demi kebaikan lo!"
"Itu beda! Gue berhak atas lo, tapi lo gak berhak atas gue!"
Embun tersenyum miris. "Maaf." hubungannya dan Everest hanya sebuah perjanjian. Tidak lebih.
Everest terus saja minum. Ini sudah kebiasannya.
"Rest jangan sampe mabuk, anterin gue pulang,"
"Gue gak mabuk. Lo bisa pulang sendiri taxi banyak,"
"Gue gak ada uang,"
"Pakek uang gue, gue ambil du—" ujar Everest beranjak dari kursi makan.
Embun menahan lengannya. Everest menatap Embun, menaikkan alisnya seolah berkata; 'Ada apa?'
"Ini udah malem, gue takut. Gue mau sama lo. Gue mau pulang sama lo."
Everest tersenyum lalu kembali duduk. "Jadi lo lebih percaya gue daripada supir taxi?"
"Itu lebih baik." jawab Embun membuat Everest mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tunggu gue selesai kalo kayak gitu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
EVEREST
Teen Fiction"Kalo lo gak mau nurutin apa yang gue mau, Bokap lo pengangguran selamanya dan Kakak lo jadi narapidana!" Embun Anahita tidak menyangka jika Everest akan memanfaatkannya demi menyakiti hati Zaki, pacar Embun yang juga adik tiri Everest. Hidupnya yan...