35. - Aksa dan Abang

11.7K 695 82
                                    

sorry for late update
but this ...

Happy Reading 🤞🏻🦋

"Sekeji itu. Kamu pergi disaat semua perlahan membaik." — Everest Keegan Mac Aodhagain.

Playlist :  Rela — Shanna Shannon
                  

~•~

Anjing! Anjing! Anjing!

Segala mata tertuju pada Everest sekarang.

Abas melihat Zaki tergeletak mengenaskan langsung berlari mendekati Zaki. Ia berlari dengan sangat kencang ditemani air mata yang terus menetes. "ZAKIIIIIII!!"

Everest hanya terdiam kaku. Tidak menyangka akan dihadapkan posisi seperti ini. Cowok itu akhirnya melangkahkan kaki mendekati sang adik dengan perlahan.

Abas meletakkan kepala Zaki yang berlumuran darah di atas pahanya. Mengelus lembut surai Zaki dengan sayang. "Ini Papa... bangun sayang, bangun," pinta Abas pelan.

Everest mendekat. "Ki..." lirih Everest.

Abas menangis tanpa henti dan begitu pilu. "Kamu harus kuat... untuk kedua kalinya,"

Everest ikut duduk di samping Abas. "Aksa... Abang— maaf..."

Abas langsung menatap Everest dengan tajam. "Keterlaluan kamu,"

"Pa, gue— gu—"

"Kali ini kamu benar-benar melewati batas, Everest!" Abas manatap tajam putra pertamanya.

"Maaf..." Everest menyentuh kepala Zaki yang berlumuran darah. "Aksa... "

Polisi menyergap semua yang berada di sirkuit. Everest melihat keadaan ini dengan linglung dan bingung. Ia bingung harus melakukan apa.

Zidan menghampiri Abas yang juga sedang di dekat Everest. "Om saya mohon om— jangan ada yang ditangkap. Saya paham kalo Om sedang berduka. Tapi... setidaknya keadaan bisa tidak serusuh ini,"

Abas tidak memperdulikan permohonan Zidan. Pria paruh baya itu mengusap air matanya. Lelaki itu menatap Everest dengan sendu. "Kamu tau kenapa adik kamu ini sampai begini?" tanya Abas ingin memyadarkan Everest. "Dia membela kamu mati-matian. Dia— dia menghubungi Papa, membujuk Papa... agar tidak membubarkan anggota begajulan itu,"

Everest memejamkan kedua matanya. Hatinya mendadak sakit dan berdenyut. "Pa—" ujaran Everest dipotong langsung oleh Abas.

"Dia yang selama ini kamu benci habis-habisan. Dia tidak salah Everest!" suara Abas meninggi. "Papa dan Mama Sarah yang bersalah," akunya dengan berlirih pelan.

Everest menitikan air matanya. Ia sangat merasa bersalah dan menyesal. "Sachveer akan di bubarkan," dengan sesak ia mengatakan hal itu. "Jangan tangkap siapapun Pa," pinta Everest sungguh karena tidak ingin masalah bertambah di saat masalah sebesar ini terjadi.

"Masih sempat kamu memikirkan ini? Otak Papa bahkan masih kosong. Ambulance belum datang Everest," Abas tidak habis pikir.

"Pa bukan gitu—" Everest berusaha menjelaskan.

"TANGKAP MEREKA SEMUA! BAWA KE KANTOR POLISI!" Abas berteriak kencang sampai uratnya terlihat dengan emosi kepada anak buahnya dan polisi yang berjaga.

🦋🦋

Dengan tergesa Zaki dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Lima belas dokter dipegang Abas agar bisa menangani Zaki. Semua pihak rumah sakit sama sibuknya dengan para dokter sekarang.

EVERESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang