Embun berusaha melepaskan pelukan Everest karena cowok itu sudah tertidur. Everest tidur sambil memeluk Embun.
Tidak ada pilihan lain selain Embun menginap disini. Namun tidak untuk tidur di satu tempat tidur. Embun akan tidur di sofa kamar. Embun tidak berani tidur di ruang depan sendirian.
Pelukan itu terlepas. Embun memperhatikan wajah damai Everest, Embun menyentuh wajah itu, mengelusnya lembut. "Kenapa lo harus datang di antara gue dan Zaki, Rest? Salah gue apa sama lo?"
🦋🦋
Embun memutuskan untuk pulang dengan ojek online saja, lagipula ini sudah pagi.
Embun ingin membuka pintu unit apartement Everest. "Loh kok gak bisa?" ujar Embun bingung pada dirinya semdiri.
"Gimana sih ini? Gue gak pernah masuk apartement," ujarnya lagi.
"Kampungan." ujar Everest ketus pada Embun. Ia masih sakit hati perihal kata-kata Embun, kalimat yang Embun ucapkan di setengah kesadaran Everest, semalam.
Embun menoleh. Ada sedikit rasa kesal, tapi Everest memang selalu menghinya, ia mencoba untuk terbiasa. "Terserah lo! Gue mau pulang,"
Everest menaikkan bahunya acuh. "Yaudah, gak ada yang ngelarang lo pulang," ujarnya lalu berbalik badan ingin mengambil air di dapur.
"Gue gak bisa buka pintunya Rest!" ujar Embun kesal. Tingkah menyebalkan cowok itu kembali lagi.
Balik mabuk aja sana!
Handphone Embun berbunyi. Dering pesan masuk.
Pelangi
• Gue nungguin lo, tapi lo gak kerumah gue
• Lo dimana Bun?
• Lo gak papa kan?"Chat siapa?" tanya Everest tajam.
Embun tidak menjawab, gadis itu sibuk dengan handphone-nya.
Everest lalu menghampiri Embun karena penasaran. Embun ingin mengetikkan balasan pesan untuk Pelangi namun Everest mengambil handphone-nya.
"Rest apa-apaan sih?!"
"Nada bicara lo biasa aja! Lo mau marah?! Gue cuma mau tau lo chat sama siapa!" ujar cowok itu lalu melihat room chat di handphone Embun.
"Apa susahnya bilang chat dari Pelangi?!" Everest menarik tangan Embun dan meletakkan handphone itu di atas telapak tangan Embun.
Embun menggeleng tidak percaya. Apa yang terjadi dengan mood cowok itu?
"Inget chat lo gue pantau, gak usah main api di belakang gue atau lo yang habis." peringat Everest.
Setelah mendengar keluh kesah Embun walau sedikit, cowok itu harus lebih waspada.
"Gak bakal," jawab Embun menurut.
"Lo mau pulang?" tanya Everest.
Embun mengangguk. "Iya, gue naik ojek online aja Rest. Gak papa,"
"Biar gue anter. Lo tunggu bentar, gue mau ambil jaket." ujar cowok itu lalu pergi.
"Lo gak mandi?" tanya Embun sambil menatap punggung tegap Everest.
"Gak mandi pun gue tetep ganteng," jawab Everest tanpa menoleh.
🦋🦋
Tempat tujuan ini di luar dugaan Embun. Bukannya mengantar Embun pulang, Everest malah mengajaknya ke Brown Hospital, rumah sakit tempat Zaki dirawat.
"Kok kesini?" tanya Embun pada Everest saat berada di depan Hospital.
"Barangkali lo kangen," jawab Everest menyinggung Embun.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVEREST
Teen Fiction"Kalo lo gak mau nurutin apa yang gue mau, Bokap lo pengangguran selamanya dan Kakak lo jadi narapidana!" Embun Anahita tidak menyangka jika Everest akan memanfaatkannya demi menyakiti hati Zaki, pacar Embun yang juga adik tiri Everest. Hidupnya yan...