jangan lupa vote ya..
i love youuuuu (๑•̑з•̑๑)੭ु⁾⁾happy reading ♡!
~•~
Everest tersenyum sinis saat melihat kemarahan Embun. See? Respond itu sudah Everest duga.
"Rest! Lo gila Rest!" amuk Embun, ia sudah tidak peduli menjadi bahan perbincangan di tengah kantin saat ini.
"Karna lo!" tunjuk Everest pada Embun. Cowok itu masih sibuk dengan rokok elektriknya. Dia tidak takut jika ada guru yang melihat, itu urusan kecil. Tidak ada juga yang berani mengadu apa lagi urusan Everest dan temannya yang lain.
"Terbuat dari apa perasaan lo itu Rest?!" wajah Embun memerah saat ini.
"Perasaaan gue beku, udah mati." Everest berbicara dengan tajam, matanya menggelap.
Embun menarik nafasnya. Kenapa dia harus dihadapkan dengan lelaki ini? Kenapa ia harus bertemu Everest?
"Lo mau ngamuk lagi sama gue? Lo udah lupa kunci bahagia hidup keluarga lo ada ditangan gue?" tanya Everest mengejek. "Lemah."
"Mau lo itu apa Rest? Mau lo apa sebenarnya?" tanya Embun frustasi. Embun memegang kepalanya. Embun merasa kacau, ia terlalu bingung dengan hidupnya yang sekarang.
"Lo. Gue mau lo."
Embun mengerutkan dahinya. "Rest lo—"
Belum sempat Embun melanjutkan kalimatnya Everest sudah pergi meninggalkan Embun dengan kebingungan. Sungguh Embun tidak mengerti bagaimana jalan pikiran cowok itu, terlalu sulit dipahami.
🦋🦋
Embun nekat menjenguk Zaki sehabis pulang sekolah. Ia juga berusaha menghindari Everest agar tidak ketahuan. Toh, saat pulang tadi Everest juga sedang asik bersama Grace.
Embun tidak tau sebenarnya Zaki berada di rumah sakit mana. Untuk bertanya dengan teman Zaki Embun tidak berani, pasti ia sudah dicap perempuan tidak baik oleh teman-teman cowok itu. Alhasil, Embun berinisiatif mengunjungi rumah sakit tempat Zaki dirawat dulu, Brown Hospital.
"Mbak permisi, ada pasien atas nama Al-aksazar Zaki Hafee?" tanya Embun pada receptionist.
"Al-aksazar Zaki Hafee Aodhagain?"
Aodhagain?
"Ah..? Ya?" jawab Embun setengah yakin. Namanya sama persis.
Receptionist itu agak diam setelah mendengar penuturan Embun.
"Saya teman dekat Zaki," bohong Embun.
Dekat?
"Maaf mbak, punya Kartu Tanda Pengenal untuk kami tahan?"
"Ah ya, ini." ujar Embun lalu memberi kartu itu. "Ini waktu besuk 'kan Mbak?"
Receptionist itu mengangguk.
Dulu Embun tidak diperlakukan seperti ini saat Zaki kecelakaan. Yang pertama karena Embun yang membawa Zaki ke rumah sakit. Dan kunjungan kedua ia bersama Everest. Embun akui Everest berkuasa banyak dan penuh.
"Di ruangan VVIP No 4, di lantai No 6 sebelah kanan." tutur receptionist tersebut.
"Oke. Terima kasih,"
🦋🦋
Sebelum masuk ke ruangan Zaki ternyata ada dua bodyguard yang mengawasi dan menjaga, entah mengapa Zaki sangat dijaga ketat, sangat berbeda saat waktu kecelakaan beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVEREST
Teen Fiction"Kalo lo gak mau nurutin apa yang gue mau, Bokap lo pengangguran selamanya dan Kakak lo jadi narapidana!" Embun Anahita tidak menyangka jika Everest akan memanfaatkannya demi menyakiti hati Zaki, pacar Embun yang juga adik tiri Everest. Hidupnya yan...