40. - Broken

10.8K 593 135
                                    

Inilah kisah pertarungan antara pikiran dan hati yang saling bertolak belakang— Fifoldara 🦋

"Perempuan selalu mengutamakan perasaan daripada logika sedangkan laki-laki justru sebaliknya." Zidan Stanley Brad Walton.

Playlist : Hold Me While You Wait — Lewis Capaldi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Playlist : Hold Me While You Wait — Lewis Capaldi

~•~

Di dalam sebuah kamar mandi yang berada di kamar berinterior serba putih, Grace terus berusaha mengeluarkan isi perutnya yang sudah habis. Sedari pagi gadis itu tidak berhenti muntah.

"Gue salah makan apa? Gue nggak habis mabuk," Grace berbicara sambil memegang kepalanya yang sangat terasa pusing.

Seperti yang dikatakan gadis itu, ia tidak memakan makanan sembarangan dan dalam kurun waktu belakangan, ia juga tidak menyentuh minuman beralkohol.

Daripada terus memikirkan penyebab kondisinya berlarut-larut, akhirnya Grace lebih memilih untuk membuat lalu mengirim surat izin sakit dan memilih untuk tidak masuk sekolah hari ini.

🦋🦋

Embun masuk sekolah seperti biasanya. Tapi hanya dirinya yang biasa, tidak dengan orang-orang di sekelilingnya. Semua nampak menatap Embun dengan sinis dan seperti mencemooh gadis itu.

Embun memperhatikan dirinya dari atas sampai bawah— tidak ada yang salah. Dirinya tampak seperti biasa, seperti hari-hari sebelumnya.

Karena memikirkan ucapan orang lain, Embun hampir lupa bahwa ia harus menemui Everest hari ini. Ia ingin memperbaiki hubungannya karena permasalahan peluk-memeluk yang disalah artikan oleh Everest. Cowok itu bahkan sama sekali tidak memberi Embun kabar seperti biasa. Embun akan mengalah kali ini dan menurunkan egonya.

Saat hendak menuju kelas Everest, lengan Embun ditarik oleh Rinai.

Embun menoleh karena terkejut. "Nai?" ia tidak menyangka Rinai akan menemuinya lebih dulu.

"Gue mau ngomong, Bun," ujar Rinai begitu lembut.

"Iya? Ngomong apa? Bilang aja," Embun sangat antusias karena Rinai mau berbicara dengan Embun setelah sekian lama.

"Maaf karena gue kekanak-kanakan dan marah sama lo," Rinai mengucapkan itu sambil menunduk karena merasa bersalah.

Embun tersenyum bahagia. Gadis itu langsung memeluk Rinai. "Gue juga minta maaf ya Nai?"

"Iya Bun. Lo enggak salah kok.  Gue aja yang keterlaluan,"

Akhirnya Embun bisa bernafas lega setelah beberapa waktu. "Nai, kita akan terus sahabatan ya?"

Rinai tersenyum hangat dan menganggukkan kepalanya. "Iya," jawab gadis itu pada Embun.

🦋🦋

Embun tidak jadi menemui Everest karena bel masuk telah berbunyi. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas bersama Rinai.

EVERESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang