42. - Runyam

10.9K 559 239
                                    

Playlist : Rumah Singgah – Fabio Asher

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Playlist : Rumah Singgah – Fabio Asher

~•~

Seisi rumah sederhana kediaman Vogel sedang mengkhawatirkan putri bungsu mereka.

Berawal dari kecurigaan Kanaya karena Embun tidak juga membuka pintu kamarnya sampai pukul delapan pagi. Kanaya tau ini hari libur untuk Embun, namun biasanya gadis itu tetap bangun pagi untuk sarapan bersama. Kanaya berusaha mengetuk pintu kamar Embun dan yang Kanaya dapat hanya keheningan.

Kecemasan itu langsung datang begitu saja. Guntur dan Petir bahkan ikut menggedor pintu itu namun tetap tidak ada sahutan. Embun tidak mungkin tidur selelap itu.

Petir langsung memutuskan mendobrak pintu kamar Embun karena takut terjadi sesuatu. Namun setelah pintu terbuka, yang mereka dapat adalah sebuah kekosongan— Embun tidak berada di kamarnya.

Mama Embun terus melamun memikirkan kemana putrinya pergi tanpa pamit.

Embun tidak mungkin berniat meninggalkan keluarganya karena ia dibesarkan dengan kasih sayang. Anahita kesayangan mereka gadis baik-baik.

"Sesudah Isya bahkan Embun masih di rumah, dia ke dapur untuk minum, Mama liat dia," ujar Kanaya sambil menahan pusing di kepalanya. Memikirkan gadis perempuannya yang menghilang.

Untungnya ini hari Minggu sehingga Petir dan Guntur ada di rumah dan dapat membantu Kanaya.

"Ma, aku mungkin tau Embun dimana. Ada satu teman Embun yang harus aku temui," uji Petir pada Kanaya.

"Papa ikut," ujar Guntur pada putranya itu. Ia yang paling diam sedari tadi. Tapi di dalam fikirannya, nama Embun terus menghantui. Ia berusaha tenang namun tetap mencemaskan putri tercintanya itu.

"Papa tenangain Mama. Kasian Mama," pinta Petir pada Guntur.

"Beraninya anak itu pergi tanpa pamit,"

🦋🦋

Dengan tergesa, Petir terus menekan bel unit apartmen Everest. Petir sudah menghubungi Pelangi, Cahaya, dan Rinai namun mereka bilang sedang tidak bersama Embun. Tidak ada tempat lain yang terlintas di kepala Petir selain Everest — Sang Raja Neraka.

Petir disambut oleh penampilan cowok itu yang santay—  kaos hitam lengan pendek dan celana training itu menghiasi tubuh Everest, lelaki itu membuka pintu sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Waw, gue kedatangan temen lama," sambut Everest dengan keremehan.

Petir berusaha menahan dirinya. "Embun ada sama lo, 'kan?"

Everest tersenyum miring. "Masuk dulu, atau mau minum?"

Melihat ekspresi Everest membuat Petir semakin yakin bahwa Embun ada bersama lelaki bejat ini. "Everest, kembaliin adik gue!" ujar Petir penuh penekanan.

EVERESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang