50. - Akhir Kisah Kita

20K 740 93
                                    

Playlist : Cardigan - Taylor Swift

~•~

Embun menatap kaca jendela mobil Zidan dengan gusar. Tidak ada alasan untuk tidak percaya apa yang Zidan ucapkan. Tidak ada kebohongan di mata cowok itu.

"Berapa lama lagi, Dan?" tanya Embun khawatir dengan jalanan yang mulai memadat.

"Sebentar lagi,"

"Setidaknya maaf gue bisa didengar," gumam Embun.

Zidan menganggukkan kepalanya dan tersenyum singkat. "Semoga,"

"Everest sudah terlalu jauh untuk dijangkau ya, Dan?" Embun memerawang jauh ke depan dalam lamunannya.

"Kita do'ain aja. Dia disana juga untuk menjalani pengobatan Depresi Mayor dan Gangguan Bipolar yang muncul lagi setelah cukup lama penyakit itu sembuh."

Hati Embun mencelos mendengarnya. Ia pasti berpengaruh besar atas penyakit yang kambuh lagi itu. "Ada alasan lain selain itu, Dan?"

"Untuk memenuhi janji Everest dengan Bokapnya demi bebasin Leon waktu itu. Everest harus mau memulai hidup baru berdua dengan Bokapnya di Australia, begitu isi perjanjiannya. Dan ya, otomatis itu membuat Everest harus membuang semua kenangan dia di Indonesia,"

Everest adalah penyelamat sesungguhnya.

🦋🦋

Embun bersama Zidan mencari dimana keberadaan Everest di tengah Bandara Soekarno Hatta sekarang.

"Dan, gimana?" raut wajah yang sendu menggambarkan betapa putus asanya gadis itu.

Zidan terus menghubungi nomor Everest sejak tadi. Cowok itu menggelengkan kepalanya saat Everest tidak kunjung menjawab panggilan entah yang keberapa kali.

"Kita coba cari di Gate 6," Zidan menarik tangan Embun untuk berjalan lebih cepat.

Embun diam saat Zidan menarik tangannya. Membuat cowok itu menatap Embun dan menaikkan satu alisnya, heran.

"Kalo dia udah pergi, gimana?" takut gadis itu.

Zidan menghela nafas dan melirik arloji di pergelangan tangannya. "Kemungkinan 30 menit lagi kalo nggak ada perubahan jadwal penerbangan. Ayo berusaha selagi ada waktu,"

"Tap-," ucapan Embun berhenti karena tiba-tiba Zidan melepaskan genggamannya dan terasa tepukan di pundak Embun.

Embun membalikkan tubuhnya.

Ia menemukan seseorang yang ia cari-cari dari tadi.

Everestnya sekarang ada tepat di depan matanya.

Everest menghampiri Embun.

Bukan Embun yang menemukan Everest, tapi Everest yang datang kembali pada Embunnya.

Zidan melihat kondisi ini tidak pantas untuk ia hadiri. Cowok itu menjauh untuk memberi ruang bagi Everest dan Embun.

Embun meneteskan air matanya. Ia menangis tersedu-sedu kala melihat wajah pucat dan lelah Everest.

Rasa bersalah begitu melingkupi ruang hatinya.

"Hei," tegur Everest sambil mengusap air mata Embun. "Why are you crying? Ngapain disini, hm?"

 "Why are you crying? Ngapain disini, hm?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
EVERESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang